Jumat 28 Sep 2018 17:40 WIB

Kementerian ESDM Masih Tunggu Studi Mobil Listrik

Mobil listrik dianggap sebagai kendaraan paling efisien.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi mobil listrik
Foto: Republika/Darmawan
Ilustrasi mobil listrik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) saat ini masih menunggu hasil studi terkait penerapan mobil listrik. Kepala Subdirektorat Kelaikan Teknik dan Keselamatan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Wanhar mengatakan studi tersebut masih dilakukan oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin).

Wanhar memastikan Kementerian ESDM pada dasarnya mendukung rencana Kemenperin dalam hal kendaraan rendah emisi karbon namun kendaraan listrik lebih maksimal. “Kalau kita melihat memang kita sampaikan belum saatnya ke mobil listrik. Tapi tahun lalu Kementerian ESDM sudah memprakarsai atas permintaan presiden mempercepat kemungkinan mobil listrik,” kata Wanhar dalam diskusi Percepatan Pengembangan kendaraan Emisi Rendah Karbon di Sekretariat Negara, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (28/9).

Wanhar mengakui sebelumnya Kementerian ESDM dan Kemenperin melakukan diskusi panjang. Untuk itu, Wanhar menegaskan Kementerian ESDM masih menungu hasil studi Kemenperin terkait laiak atau tidaknya menggunakan mobil listrik untuk saat ini.

Pengembangan Kendaraan Listrik Perlu Industri Berdaya Saing

Bahkan menurutnya Kementerian ESDM juga sudah melakukan diskusi dengan pihak terkait namun belum ada kesepakatan terkait penggunaan kendaraan emisi rendah karbon atau kendaraan berbahanbakar listrik. “Usaha yang baik (terkait penggunaan kendaraan rendah emisi karbon) tapi sekali selama masih dipergunakan bahan bakar minyak meskipun rendah sekali tetap masih ada karbonnya,” ujar Wanhar.

Untuk itu, Wanhar  menegaska Kementerian ESDM lebih menekankan untuk penggenuaan kendaraan berbahan bakar listrik daripada rendah emisi karbon. Penggunaan kendaraan berbahan bakar listri menurutnya tidak hanya soal dampak lingkungan, namun juga melihat ketahanan energi yang belum kuat.

“Kita (Indonesia) tidak banyak storage bahan bakar. Sehinyya kita rentan untuk sisi ketahanan energi. Kita juga masih banyak impor untuk BBM dan LPG,” kata Wanhar.

Di sisi lain, Wanhar yakin Indonesia memiliki listrik yang cukup sehingga lebih baik dialihkan sebagai bahan bakar kendaraan. Menurutnya hal itu masih menjadi upaya yang dilakukan dalam menghadapi perubahan iklim dengan berfokus untuk ketahanan energi.

Wanhar menegaskan kendaraan berbahanbakar listrik jauh paling efisien. “Kemudian juga kita punya potensi pasokan yang cukup untuk listrik. Sehingga kalau Kemnterian ESDM maunya harus segera hanya saja kalau roadmap nya Kemenperin mungkin baru 2025,” ujar Wanhar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement