Selasa 25 Sep 2018 17:10 WIB

Kementan: Produksi Jagung Surplus 4 Juta Ton

Berdasarkan Aram I produksi jagung sementara untuk tahun ini mencapai 28 juta ton

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nidia Zuraya
Petani memanen jagung. ilustrasi
Foto: Antara/ Harviyan Perdana Putra
Petani memanen jagung. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produksi jagung tahun ini meningkat karena adanya Luas Tambah Tanam (LTT) baru. Hal itu membuat produksi jagung tinggi tahun ini.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Sumarjo Gatot Irianto mengatakan, produksi jagung mencukupi. Berdasarkan Angka Ramalan (Aram) I produksi jagung sementara untuk tahun ini mencapai 28 juta ton. Produksi tersebut diperkirakan surplus empat juta ton.

Surplus produksi ini karena adanya penambahan areal lahan. Bahkan surplus mencapai 945 ribu hektare lahan jagung pada periode Oktober 2017 sampai dengan Agustus 2018 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

"Kami harapkan ini mencukupi karena banjir relatif tidak ada, kekeringan tidak ada, OPT juga tidak ada," katanya saat ditemui di Gedung Kementerian Pertanian, Selasa (25/9).

Tahun ini ada tambahan lahan 2,8 juta hektare dengan tujuh juta hektare lahan eksisting. Luas tanam untuk jagung tersebut memanfaatkan lahan-lahan integrasi perkebunan seperti di bawah tegakan kelapa, kelapa sawit maupun lahan pekarangan yang masih jarang.

Lahan ini banyak berada di Nusa Tenggara Barat (NTB), Maluku, Sulawesi Utara dan Kalimantan Selatan. "Tidak ada masalah di produksi," tegasnya.

Kendati demikian, harga jagung mengalami kenaikan mencapai sekitar Rp 1.000 per kg. Menanggapi hal tersebut, Gatot meminta petani untuk tidak menggerek harga setinggi-tingginya.

"Kalau menurut saya, kalau masih dalam batas wajar, inilah saatnya petani mendapatkan keuntungan," lanjut dia. Lagipula, ia melanjutkan, harga tidak semata-mata dipengaruhi pasokan, distribusi panen juga berpengaruh pada harga tersebut.

Misalnya, panen di Maluku dan di Sulawesi akan berebda dengan panen di Jawa karena adanya aspek logistik. Apalagi jika panen di daerah remote.

Untuk itu, pemerintah memberi bantuan berupa mesin pengering. Tahun ini, Kementan mendistribusikan 1.000 pengering multifungsi guna memudahkan penanganan pascapanen.

Bertani jagung menurutnya sangat menjanjikan karena  pemerintah telah menghentikan impor. Dengan begitu, pasar dalam negeri bisa diisi dengan produk petani begitu juga pasar luar negeri.

Indonesia tercatat telah melakukan ekspor jagung ke banyak negara. Tercatat, berdasarkan data Kementan hingga Juli 2018 sebanyak 14 negara telah menerima jagung asal Indonesia, lima terbesar diantaranya adalah Filipina, Jepang, Malaysia, Vietnam dan Korea Selatan.

Khusus untuk negara tujuan ekspor ke Filipina hingga Juli telah mencapai 290.594 ton, sedangkan ke Jepang sebanyak 5.406 ton, Malaysia 4.337 ton, Vietnam 1.159 ton dan 376 ton ke Korea Selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement