Selasa 18 Sep 2018 17:03 WIB

Kemendag: Produk Amerika dan Cina Berpotensi Serbu Indonesia

AS dan Cina menempati posisi teratas tujuan ekspor nasional.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Bendera Cina dan AS. Ilustrasi.
Foto: worldwide-connect.com
Bendera Cina dan AS. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) meminta pengusaha dan masyarakat untuk waspada terhadap serbuan produk-produk asal Amerika Serikat (AS) dan Cina. Kondisi tersebut sebagai dampak dari perang dagang kedua negara yang dinilai semakin memanas.

Sekretaris Jendral Kemendag Karyanto Suprih menjelaskan, Indonesia berpotensi menjadi negara target pasar dari AS dan Cina yang terhambat diperdagangkan karena adanya peningkatan tarif. "Ini menjadi tantangan sekaligus risiko yang perlu kita cermati," ujarnya dalam workshop di Gedung Kemendag, Jakarta, Selasa (18/9).

Dengan potensi itu, Karyanto mengajak pengusaha untuk bantu mengedukasi sekaligus meningkatkan kecintaan produk dalam negeri pada diri masyarakat. Promosi cintai produk lokal juga harus lebih gencar dilakukan di tiap instansi, terutama kementerian dan lembaga terkait. Tujuannya, agar masyarakat Indonesia tidak mudah berpaling ke produk dari Cina maupun AS.

Apabila kecintaan terhadap produk lokal tidak ditanamkan, Karyanto mengkhawatirkan produk Amerika dan Cina akan menguasai pasar Indonesia. Jangka panjangnya, pelaku usaha dalam negeri bisa mengalami kerugian secara perlahan di negaranya sendiri.

Direktur Jendral Perundingan Perdagangan Kemendag Iman Pambagyo menuturkan, potensi masuknya produk-produk Amerika dan Cina di tengah perang dagang bukan tanpa sebab. Kedua negara kini sedang saling meningkatkan tarif untuk produk impor. Ini menyebabkan mereka harus mencari pasar baru untuk komoditas yang dicemaskan terus tertahan di negara masing-masing.

Salah satu negara yang terkena dampak adalah Indonesia. Diketahui, Cina dan AS merupakan mitra strategis bagi Indonesia sejak 2017. Keduanya berada di posisi pertama dan kedua negara tujuan ekspor terbesar untuk produk Indonesia.

Untuk mengantisipasi ini, Iman menuturkan, Indonesia akan tetap melakukan pendekatan positif. Indonesai akan mengelola impor secara lebih baik karena ada trade diversion dari Cina dan AS. "Ini tugas kita, bagaimana meningkatkan daya saing, infrastruktur dan sektor jasa maupun ekspornya," tuturnya.

Perang dagang AS dengan Cina semakin panas dengan kebijakan baru Presiden Amerika Donald Trump pada Senin (17/9). Kebijakan itu berisi pengenaan tarif impor baru senilai 200 miliar dolar AS untuk barang-barang Cina mulai pekan depan. Ini berpotensi menaikkan harga barang mulai dari tas tangan hingga ban sepeda.

Baca juga, AS Berlakukan Tarif Baru untuk Cina, Perang Dagang Meningkat

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement