Jumat 14 Sep 2018 16:39 WIB

PT KAI Tawarkan Kota Bandung Kereta Berbasis Rel Virtual

PT KAI menawarkan transportasi massal berbasis rel bernama Autonomous Rapid Transit.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Gita Amanda
Prototipe Light Rail Transit (LRT) Metro Kapsul Bandung, salah satu transportasi massal yang digadang-gadang juga akan ada di Bandung.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Prototipe Light Rail Transit (LRT) Metro Kapsul Bandung, salah satu transportasi massal yang digadang-gadang juga akan ada di Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) mengunjungi Pemerintah Kota Bandung, pada Jumat (14/9). Kedatangan PT KAI yang diwakili langsung oleh Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro salah satunya menawarkan solusi kemacetan di dalam Kota Bandung.

Edi menuturkan PT KAI menawarkan transportasi masal berbasis rel bernama Autonomous Rapid Transit (ART). Kereta ini berjalan di atas rel virtual yang telah dikembangkan di Cina.

"Ini teknologi baru nanti kita pelajari bersama mana yang menguntungkan buat kemacetan di Bandung. Dia pakai virtual track. Jadi tracknya ada garis, dia membaca dengan sensor untuk diarahkan. Jadi tidak menggunakan konvensional besi," kata Edi kepada wartawan usai pertemuannya dengan Pelaksana tugaa (Plt) Wali Kota Bandung Oded M Danial d8 Balai Kota Bandung.

Menurut Edi, ART ini diklaim cocok diterapkan di Kota Bandung. Dengan menggunakan rel virtual, maka harganya pun bisa lebih murah dibanding transpirtasi massal berbasia rel lainnya.

Pengoperasiannya, tambah Edi, dengan menggunakan baterai yang dapat diisi ulang. Sehingga dinilai akan sangat efisien dan efektif dalam penggunaannya. "Jadi tidak ada jalur listriknya. Setiap berhenti menurunkan menaikkan penumpang dia sambil ngecharge (isi ulang). Chargingnya 10 menit bisa dipakai 25 kilometer," ujarnya.

Terkait hal tersebut, baik PT KAI maupun Pemkot Bandung masih melakukan kajian tentang teknologi ini untuk diterapkan di Kota Bandung. Rencananya, ART akan digunakan di jalur-jalur padat dengan ukuran badan jalan yang besar, seperti Jalan Soekarno Hatta dan Jalan Asia Afrika. Selain itu Kota Bandung juga sudah berencana membuat LRT yang tahun lalu telah dicanangkan proyek pembangunannya.

"Tapi ini masih kita pelajari bersama karena alternatif LRT juga sudah. Yang pastinya Kota Bandungnya sendiri harus ada solusi untuk mengurai kemacetan yang manakala weekend sudah parah," tambahnya.

Oded mengatakan masih akan membahas lebih lanjut untuk menerapkan ART sebagai transportasi massal di Kota Bandung. Namun ia mengaku tertarik dengan teknologi ART yang dipaparkan PT KAI. "Sangat tertarik. Harganya murah, dan ini tidak perlu konstruksi," ujar Oded.

Menurutnya, saat ini Kota Bandung memang memerlukan transportasi massal. Sebab, sebagai ibu kota dan juga destinasi wisata, Kota Bandung dinilai sudah cukup parah tingkat kemacetan yang ada saat ini.

"Justru nanti kalau ini ada jalur khusus. Ini kan tramsportasi massal diharapkan masyarakat bisa beralih kesini," harapnya.

Selain soal ART, PT KAI juga memohon dukungan pada reaktivasi jalur kereta yang melewati Kota Bandung. Pemkot Bandung pun siap membantu sosialisasi terkait program reaktivasi jalur kereta Bandung-Ciwidey ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement