Senin 10 Sep 2018 17:26 WIB

Kurs Rupiah Ditutup Melemah Sore Ini

Pelemahan rupiah dinilai akan berlanjut dalam jangka pendek ke depan.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas menghitung uang pecahan dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (4/9). Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS melemah menjadi Rp14.940 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Foto: Rivan Awal Lingga/Antara
Petugas menghitung uang pecahan dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (4/9). Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS melemah menjadi Rp14.940 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kurs rupiah kembali ditutup melemah terhadap dolar AS. Pada akhir perdagangan Senin (10/9) sore, mata uang Garuda itu terdepresiasi 37 poin atau 0,25 persen di Rp 14.857 per dolar AS. Sebelumnya pagi tadi dibuka di Rp 14.835 per dolar AS pada spot perdagangan. Angka tersebut pun tidak bergerak hingga siang.

Kemudian berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), kurs rupiah juga berada di level Rp 14.835 per dolar AS. Angka itu menguat dibandingkan Jumat lalu, (7/9), di Rp 14.884 per dolar AS.

Ekonom sekaligus Corporate Secretary Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto menilai, pelemahan rupiah akan berlanjut dalam jangka pendek ke depannya.

"Hal itu karena persepsi investor dan pasar menyamaratakan kondisi Indonesia dan emerging economies lainnya seolah-olah seperti kondisi Turki, Argentina dan Venezuela yang sama-sama anggota emerging economies," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id. 

Baca juga, Rupiah pada Senin Bergerak Melemah.

Hal lain, kata dia, pasar juga melihat posisi Current Account Deficit (CAD) Indonesia makin membesar. Sekaligus mendekati ambang batas internasional, yakni 3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.  "Semua itu memberi tekanan terhadap rupiah hingga kini," tegasnya.

Ia menambahkan, Bank Indonesia (BI) sudah melakukan tugasnya dengan baik melalui intervensi pasar, menaikkan suku bunga acuan secara agresif hingga 5,5 persen, serta merilis bauran kebijakan.

Hanya saja menututnya, itu semua belum mampu mengembalikan kepercayaan pasar. "Jadi hanya bisa menahan depresiasi rupiah lebih dalam saja, karena persoalan dasarnya yakni CAD atau DTB yang melebar belum diselesaikan," tutur Ryan.

Ia menuturkan, masalah tersebut baru akan diselesaikan oleh pemerintah. Di antaranya mengurangi komponen impor, mengurangi proyek infrastruktur, menaikkan komponen dalam negeri (TKDN), dan mewajibkan penggunaan B20 untuk kendaraan bermotor mulai awal September 2018.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement