Kamis 06 Sep 2018 20:39 WIB

Perkuat Ketahanan Nasional dengan Energi Terbarukan

kita harus mandiri, untuk meningkatkan daya saing

Sejumlah pekerja beraktivitas di area instalasi sumur Geothermal atau panas bumi milik PT Geo Dipa Energi kawasan dataran tinggi Dieng Desa Kepakisan, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (10/10). Indonesia memeiliki sekitar 40 persen cadangan energi geothermal dunia sehingga memiliki potensi tinggi untuk sumber energi terbarukan namun baru sekitar lima persen yang digunakan.
Foto: ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Sejumlah pekerja beraktivitas di area instalasi sumur Geothermal atau panas bumi milik PT Geo Dipa Energi kawasan dataran tinggi Dieng Desa Kepakisan, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (10/10). Indonesia memeiliki sekitar 40 persen cadangan energi geothermal dunia sehingga memiliki potensi tinggi untuk sumber energi terbarukan namun baru sekitar lima persen yang digunakan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Upaya penggunaan energi terbarukan dengan memanfaatkan sumber daya alam di tanah air menjadi bagian penting guna memperkuat ketahanan nasional dalam menghadapi berbagai ancaman, termasuk campur tangan asing. 

"Kalau bicara energi, maka kita harus mandiri, mampu memproduksi sendiri untuk meningkatkan daya saing,” kata Staf Ahli Panglima TNI Bidang Ilmu Teknologi Militer dan Siber Mayjen A Hafil Fuddin dalam keterangan tertulisnya, Kamis (6/9).

Indonesia memiliki sumber daya alam yang kaya untuk mewujudkan kemandirian energi berbasis energi baru dan terbarukan (EBT). Pemerintah juga memiliki kebijakan yang jelas untuk mencapai tujuan tersebut.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, penggunaan energi terbarukan menjadi prioritas sementara energi berbasis fosil seperti solar dan batubara diminimalkan. Dalam rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL) 2018-2027, kontribusi EBT dalam bauran energi pembangkitan tenaga listrik ditargetkan naik mencapai 23 persen pada tahun 2025.

Beberapa energi primer yang diharapkan meningkat kontribusinya adalah panas bumi, tenaga surya, tenaga angin, dan tenaga air. Termasuk yang kini dikembangkan adalah pembangkit listrik tenaga air  (PLTA) Batang Toru di Tapanuli Selatan yang berkapasitas 4x127,5 MW.

PLTA Batang Toru akan memanfaatkan kolam penampung yang tidak luas sehingga tidak akan mengubah bentang alam dan berdampak minimal pada ekosistem yang ada di sekitarnya

Pengembangan energi terbarukan memang kerap menghadapi kampanye negatif khusus dari LSM asing. Namun dia menegaskan, intervensi asing jangan sampai mengganggu kepentingan nasional. “Tidak boleh ada intervensi asing, Kita harus memperhatikan dampak lingkungan dari pengembangan energi terbarukan,” katanya.

Hafil juga mengingatkan, pentingnya dukungan semua komponen bangsa untuk mendukung kemandirian energi. Di sisi lain, dia juga menyatakan tentang pentingnya memperhatikan kearifan lokal dalam implementasi kebijakan tersebut.

Sebelumnya Direktur Teknik dan Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Munir Ahmad menyatakan pembangkit listrik ramah lingkungan akan berperan dalam mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) Indonesia untuk mengendalikan perubahan iklim global.

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement