REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Merosotnya nilai rupiah terhadap dolar AS, menyebabkan harga pakan ternak unggas naik. Namun, kenaikan harga pakan tersebut tidak bisa langsung diimbangi dengan kenaikan harga produk ternak unggas seperti daging ayam dan telur.
''Kondisi ini memang membuat kami kelimpungan. Kami masih menunggu perkembangan, baik mengenai soal kenaikan harga pakan dan juga harga jual produk ternaknya,'' kata Bambang Setyawan, warga Banyumas yang memiliki peternakan ayam petelur di Desa Cendana Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga, Kamis (6/9).
Kondisi serupa juga diungkapkan para peternak ayam pedaging. Rahmat (43 tahun), seorang peternak di Desa Pegalongan Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas, juga mengaku masih menunggu perkembangan harga-harga. ''Bila harga pakan naik dan harga daging ayam tidak naik, setelah panen bulan ini mungkin saya berhenti dulu tidak ternak, katanya.
Bambang yang mengelola ribuan ternak ayam petelur ini menyebutkan, sebelum rupiah merosot cukup dalam pada Agustus 2018 ini, harga pakan berupa jagung sebenarnya sudah mengalami kenaikan cukup tinggi. Harga jagung yang semula Rp 5.000 per kg, saat ini sudah mencapai Rp 5.500 per kg.
Sedangkan mengenai harga konsentrat atau voor, Bambang menyebutkan, saat ini dia masih menggunakan stok pembelian lama yang belum mengalami kenaikan. Namun dia memastikan, pasti mengalami kenaikan karena harga konsentrat sangat terpengaruh nilai rupiah terhadap dolar AS.
''Saya sudah tanya pemasok konsentrat, katanya harga konsentrat pasti naik. Tapi berapa kenaikannya, masih belum bisa dipastikan,'' ujarnya. Namun diperkirakan, harga konsentrak untuk ayam etelur saat ini sudah mengalami kenaikan dari Rp 5.200 menjadi Rp 5.650 per kg.
Rahmat yang mengelola ternak ayam pedaging, menyuburkan harga konsentrat untuk ayam pedaging juga mengalami kenaikan cukup tinggi. Jika semula dihargai Rp 6.700 per kg, saat ini naik Rp 7.000 per kg.
Baik Rahmat maupun Bambang, menyebutkan bila kenaikan harga pakan itu tidak diimbangi kenaikan harga jual produk ternak ayamnya, maka dipastikan para peternak akan mengalami kerugian. ''Karena itu, kami masih terus menunggu perkembangan,'' ujarnya.
Bambang menyebutkan, untuk harga telur ayam dia menyebutkan saat ini masih di hargai Rp 17 ribu hingga Rp 18 ribu per kg di tingkat peternak. Sedangkan di pasar, dijual pada kisaran Rp 22 ribu-Rp 23 ribu per kg. ''Kalau kenaikannya hanya pada jagung, kami masih bisa bertahan. Tapi karena harga konsentrat juga naik, kami masih menunggu perkembangan lebih lanjut mengenai harga telur,'' katanya.
Sedangkan untuk harga daging ayam ras, di pasaran wilayah Banyumas saat ini dihargai sekitar Rp 33 ribu-Rp 34 ribu per kg. Rahmat mengaku, harga di pasaran sangat berbeda dengan harga di tingkat peternak, karena ayam yang dijual peternak masih dalam kondisi hidup. ''Di tingkat peternak, ayam kami hanya dihargai paling tinggi Rp 19 ribu per kg,'' katanya.
Dia menyebutkan, bila setelah kenaikan harga konsentrat harga daging ayam tidak mengalami kenaikan, maka bisa dipastikan usaha ternaknya akan mengalami kerugian. ''Paling banter ya impas dengan biaya yang dikeluarkan. Kalau sudah begini, lebih baik kami berhenti ternak dulu,' katanya.
Baca: Menteri Perdagangan Kaget Harga Kedelai Naik karena Rupiah