Rabu 05 Sep 2018 08:44 WIB

Revolusi Industri 4.0 tak Kurangi Jumlah Tenaga Kerja

Saat perusahaan melakukan otomatisasi, karyawan dibekali penguasaan teknologinya.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Pekerja melakukan perakitan sepeda motor Honda di di pabrik AHM Plant Sunter, Jakarta, Rabu (1/8).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Pekerja melakukan perakitan sepeda motor Honda di di pabrik AHM Plant Sunter, Jakarta, Rabu (1/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih memastikan, penerapan revolusi industri 4.0 tidak akan mengurangi penggunaan sumber daya manusia (SDM) dalam industri. Sebab, tenaga kerja manusia masih dibutuhkan untuk operasional peralatan dan tahapan lain. 

Gati menuturkan, SDM yang kini sudah bekerja di industri akan diajak untuk menguasai peralatan teknologi tinggi nantinya. Rangkaian acara edukasi telah dilaksanakan dan akan rutin dilakukan. 

"Kami bekerja sama juga dengan e-commerce untuk memberi pemahaman dan pembelajaran ke tenaga kerja," ujarnya ketika ditemui di Jakarta, Selasa (4/9). 

Selain itu, Gati menambahkan, tenaga kerja manusia juga diajak untuk pindah ke sektor lain yang selama ini jarang terjamah, di antaranya sektor logistik dan pengemasan. Dua aspek ini akan memegang peranan penting bagi industri, terutama untuk komoditas yang berorientasi ekspor. 

Baca juga, Perekonomian Syariah Didorong Imbangi Revolusi Industri

Ke depan, Kemenperin juga akan mendidik IKM dalam program vokasi yang bekerja sama dengan Jerman. Hal ini bertujuan agar SDM dapat menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi di tingkat global. "Berbicara revolusi industri 4.0, kita berbicara tentang SDM dan teknologi. Ketika teknologi sudah maju, SDM harus bisa adaptasi," ucap Gati. 

Human Resources Management General Manager PT Pan Brothers Tbk Nurdin Setiawan juga meyakini penerapan revolusi industri 4.0 tidak akan mengurangi jumlah tenaga kerja di perusahaannya. Era digital tersebut akan difokuskan pada peningkatan produksi dengan pemanfaatan teknologi terkini. 

Hal ini dibuktikan ketika pabrik melakukan otomatisasi, sejumlah tenaga kerja dialihkan ke bagian perakitan produk (assembly) sehingga tidak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK). "Jadi, implementasi industri 4.0 tidak berpengaruh terhadap pengurangan tenaga kerja," katanya. 

Nurdin menyatakan, otomatisasi yang dilakukan perusahaan dalam proses produksi malah dapat menambah output hingga dua kali lipat. Ini merupakan bentuk efisiensi mengingat pihaknya tidak perlu menambah pabrik baru.

"Artinya, pekerja tidak kita kurangi, tetapi output bisa naik berkali lipat sehingga dengan kapasitas sekarang 90 juta pieces per tahun, itu tanpa harus menambah factory baru," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement