REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman optimistis tahun ini tidak ada musim paceklik, meski beberapa daerah terkena dampak kemarau. Alasannya, Kementan telah memiliki rumusan mengatasi musim paceklik ke depan.
Amran mengatakan, menghadapi musim paceklik di petani seluruh Indonesia, kementan telah menerapkan pola tanam yang memiliki target tertentu ke depan sehingga stok yang tersedia tetap sesuai dengan kebutuhan.
Ia mengatakan petani harus mengubah pola tanamnya untuk menghindari masa paceklik. Sebelumnya, pada musim tanam Juli, Agustus, dan September petani menanam seluas 500 ribu hektare di seluruh Indonesia. Jumlah yang sedikit tersebut yang menyebabkan musim paceklik tiba.
“Sehingga ada namanya (musim) paceklik. Kenapa? Karena kalau 500 ribu hektare tanam itu produksi padinya hanya satu juta ton, sedangkan kita butuh 2,5 juta ton. Sekarang ini tanam satu juta insya Allah tidak ada paceklik,” kata Amran usai melakukan penanaman jagung perdana di Desa Srikton, Adiluwih, Kabupaten Pringsewu, Lampung, Selasa (4/9).
Ia menerima laporan dari jaringannya, pada Juli musim tanam padinya satu juta hektare, maka panennya nanti di bulan Oktober dan November. Sedangkan tanam pada Agustus panennya pada September. Dan tanam padinya September maka panennya pada Januari ke depan.
“Jadi tidak ada paceklik, tinggal satu kami harus jaga lagi yakni (tanam) September. Jadi rumusannya, harus tanam padi satu juta hektare per bulan, kalau di bawah dari itu atau separuh pasti paceklik,” ujarnya.
Selama ini, ia mengklaim sudah dua tahun tidak ada gejolak harga pangan di akhir tahun. Hal tersebut karena Kementan telah menerapkan pola dan rumus pola tanamannya untuk memenuhi kebutuhan pangan atau beras nasional.
Mengenai penyerapan gabah petani secara nasional oleh Bulog, Amran menyatakan semua lancar. “Sekarang gudang full beritakan juga gudang lagi penuh supaya beritanya berimbang, kalau dulu kosong (gudang) beritanya banyak. Gudang penuh dan serapan masih berjalan,” ujarnya.