REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan kurs rupiah masih fluktuatif. Pada Selasa (4/9) pagi, mata uang Garuda tersebut dibuka melemah 30 poin atau di posisi Rp 14.845 per dolar AS.
Sekitar pukul 10.00 WIB, rupiah mulai meninggalkan level Rp 14.800 per dolar AS. Dengan penguatan 35 poin atau 0,24 persen, rupiah berada di posisi Rp 14.780 per dolar AS.
Sementara itu, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pada Senin (3/9), rupiah berada di posisi Rp 14.767 per dolar AS. Angka itu lebih rendah dibandingkan posisi Jumat lalu, (31/8), di Rp 14.711 per dolar AS.
Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada mengatakan, pelemahan terjadi di tengah kekhawatiran akan terjadinya perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan para mitra dagangnya, terutama Cina. Hal terseut membuat pergerakan sejumlah harga obligasi Cina cenderung menguat.
"Pelaku pasar merespons positif kenaikan consumer sentiment di AS tetapi juga merespons negatif komentar Preiden Trump yang akan kembali mengenakan tarif impor terhadap sejumlah barang Cina," ujarnya di Jakarta, Selasa, (4/9).
Di sisi lain, kata dia, meski pergerakan pasar obligasi masih terimbas pelemahan rupiah, diharapkan dapat lebih berkurang. Hal itu seiring imbas kenaikan sejumlah harga obligasi AS.
Diharapkan kondisi tersebut dapat berimbas pada pergerakan imbal hasil obligasi dalam negeri untuk ikut bergerak turun sehingga juga berimbas pada kembali meningkatnya harga obligasi. "Tetap cermati dan waspadai terhadap potensi pelemahan kembali," tegasnya.