REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah optimistis tingkat inflasi pada tahun ini akan tetap sesuai target di level 3,5 persen. Inflasi juga akan tetap terjaga di level tersebut pada tahun depan.
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Adrianto mengatakan, pemerintah tetap optimistis meski terdapat tantangan berupa inflasi akibat impor atau imported inflation. "Tahun ini inflasi mudah-mudahan sesuai target. Dengan kebijakan pengendalian impor saat ini, mudah-mudahan imported inflation dapat dikendalikan," kata Adrianto ketika dihubungi Republika, Ahad (2/9).
Adrianto juga menekankan, pemerintah akan terus menjaga level inflasi sesuai asumsi RAPBN 2019 yang sebesar 3,5 persen. Terkait dengan kemungkinan inflasi membengkak akibat harga bahan bakar minyak (BBM), dia menegaskan pemerintah belum berencana melakukan penyesuaian harga pada tahun depan.
"Porsi subsidi BBM di APBN masih relatif kecil, sekitar 4 persen dari total belanja. Kalau diperhitungkan dengan windfall profit dari kenaikan harga minyak dunia, APBN masih mencatat surplus," kata Adrianto.
Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan memproyeksi tingkat inflasi pada 2019 akan menembus level 4,5 persen. Hal itu di atas proyeksi pemerintah dalam APBN 2019 yang sebesar 3,5 persen.
"Tahun depan diperkirakan 4,5 persen karena mau tidak mau setelah pemilu dan lebaran, pemerintah harus menaikkan harga BBM, tidak semua, sebagian, tapi mau tidak mau," kata Anton di Jakarta, Kamis (30/8).
Dia menyebut, angka inflasi saat ini berada di level 3,18 persen (yoy) dan diproyeksi hingga akhir 2018 akan berada di level 3,6 persen.
Selain faktor BBM, Anton menjelaskan, pengusaha akan menaikkan harga jual produknya kepada konsumen. Hal itu, katanya, akibat efek depresiasi rupiah dan kenaikan harga BBM.
"Selain itu, ada juga tekanan dari kenaikan harga pangan termasuk beras," katanya