REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mengungkapkan arah kebijakan moneter pada 2024 tetap difokuskan pada tercapainya sasaran inflasi. Begitu juga dengan stabilitas nilai tukar rupiah agar gejolak global tidak mengganggu stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.
"Kebijakan moneter pro stability akan ditempuh dengan kebijakan suku bunga secara forward looking dan pre-emptive," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Gedung BI, Rabu (29/11/2023) malam.
Perry menegaskan, hal tersebut untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan pemerintah. Selain itu, juga stabilisasi nilai tukar rupiah agar tetap sejalan dengan pencapaian sasaran inflasi dan mendukung stabilitas eksternal.
"Ini didukung operasi moneter pro-market untuk memperkuat efektivitas transmisi kebijakan Bank Indonesia ke pasar keuangan dan perekonomian," ujar Perry.
Dia menambahkan, hal tersebut juga diupayakan termasuk daya tarik masuknya aliran portofolio asing. Selain itu, juga pengelolaan lalu lintas devisa sesuai kaidah internasional untuk mendukung stabilitas eksternal dan kecukupan cadangan devisa.
Semantare untuk kebijakan makroprudensial, Perry memastikan Bank Indonesia akan melanjutkan kebijakan makroprudensial longgar pada 2024. "Ini untuk mendorong kredit dan pembiayaan perbankan yang optimal dengan tetap turut menjaga stabilitas sistem keuangan (SSK)," kata Perry.
Pelonggaran kebijakan makroprudensial ditempuh dengan tiga instrumen pokok yaitu peningkatan efektivitas kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) dan pelonggaran seluruh instrumen kebijakan makroprudensial lainnya. Lalu juga pelonggaran likuiditas dengan penurunan rasio penyangga likuiditas makroprudensial (PLM) dan penguatan surveilans SSK.