Rabu 20 Mar 2024 16:13 WIB

BI Optimistis Inflasi 2024 Tetap Terkendali dalam Sasaran

Inflasi volatile food diperkirakan kembali menurun seiring peningkatan produksi.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Foto: Tangkapan Layar
Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) optimistis inflasi indeks harga konsumen (IHK) 2024 tetap terkendali dalam sasaran. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, inflasi inti diperkirakan terjaga seiring dengan ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran. 

"Selain itu juga seiring dengan kapasitas perekonomian yang masih besar dan dapat merespons permintaan domestik, imported inflation yang rendah sejalan dengan tetap stabilnya nilai tukar rupiah serta dampak positif faktor struktural terkait berkembangnya digitalisasi," kata Perry dalam konferensi pers RDG Bulanan BI Maret 2024, Rabu (20/3/2024). 

Baca Juga

Perry menambahkan, inflasi volatile food  diperkirakan kembali menurun seiring dengan peningkatan produksi akibat masuknya musim panen. Selain juga seiring dukungan sinergi pengendalian inflasi TPIP dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah sehingga mendukung upaya menjaga stabilitas harga secara keseluruhan.

"Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan moneter pro-stability dan meningkatkan sinergi kebijakan dengan pemerintah pusat dan daerah sehingga inflasi 2024 tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus satu persen," ucap Perry. 

BI memastikan saat ini inflasi tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus satu persen. Inflasi IHK Februari 2024 juga tercatat sebesar 2,75 persen secara tahunan ditopang oleh inflasi inti yang rendah sebesar 1,68 persen secara tahunan dan inflasi administered prices yang menurun menjadi 1,67 persen secara tahunan. 

Sementara itu, inflasi volatile food meningkat menjadi 8,47 persen secara tahunan dari 7,22 persen pada bulan sebelumnya. "Ini dipengaruhi oleh dampak El Nino, faktor musiman, dan pergeseran musim tanam yang terutama terjadi pada komoditas beras dan cabai merah," jelas Perry. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement