Rabu 29 Aug 2018 00:21 WIB

Bio Farma Ajak Produsen Vaksin Negara OKI untuk Kolaborasi

Kolaborasi penelitian untuk menemukan vaksin baru atau pencegahan penyakit baru.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Delegasi Tunisia dan Maroko mendengarkan pemaparan Direktur Utama Bio Farma Rahman Roestan (tengah) saat kunjungan di Bio Farma, Kota Bandung, Selasa (28/8).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Delegasi Tunisia dan Maroko mendengarkan pemaparan Direktur Utama Bio Farma Rahman Roestan (tengah) saat kunjungan di Bio Farma, Kota Bandung, Selasa (28/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Delegasi Tunisia dan Maroko yang mewakili Kementerian Kesehatan, industri vaksin institute Pasteur de Tunis serta Institut Pasteur du Maroc, mengunjungi Bio Farma, Selasa (28/8). Mereka datang untuk mempelajari pembuatan vaksin mulai dari hulu ke hilir.

Rombongan delegasi tersebut diterima oleh Direktur Utama PT Bio Farma M Rahman Roestan, Direktur Riset dan Pengembangan Adriansjah Azhari, serta Direktur Produksi Bio Farma Juliman, serta Direktur Politik Luar Negeri dan Kerja sama Internasional, Bappenas Wisnu Utomo.

Indonesia yang sudah ditetapkan menjadi Pusat Penelitian Vaksin di Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk bidang Vaksin dan Bio Teknologi pada Desember 2017 yang lalu, mulai menarik perhatian negara anggota OKI antara lain Tunisia dan Maroko, untuk mencari pengalaman dan pengetahuan mengenai pembuatan vaksin dari hulu sampai ke hilir untuk pembuatan vaksin.

Menurut Direktur Utama Bio Farma M Rahman Roestan, dari 57 negara anggota OKI, hanya sekitar tujuh negara yang sudah memiliki pabrik vaksin di negaranya, antara lain Indonesia, Saudi Arabia, Maroko, Tunisia, Mesir, Senegal, dan Iran. Dari ketujuh negara tersebut, yang sudah diakui oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk vaksin dasar hanya Indonesia.

“Indonesia merupakan satu dari tujuh negara yang produk vaksin dasarnya sudah diakui oleh WHO," ujar Rahman.

photo
Pekerja melakukan pengecekan kemasan vaksin di laboratorium PT Bio Farma, Kota Bandung, Selasa (28/8).

Rahman mengatakan, hal ini menjadikan delegasi Tunisia dan Maroko tertarik untuk belajar bagaimana manajemen dan produksi vaksin. "Bio Farma dengan expertise yang udah diakui WHO, dengan senang hati untuk sharing dengan negara OKI lainnya," kata Rahman.

Menurut Rahman, saat ini sudah berjalan suplai vaksin ke Saudi Arabia, kerja sama ini untuk memenuhi kebutuhan vaksin d negara arab dan negara-negara teluk. Terkait produk vaksin yang akan dibantu oleh Bio Farma, untuk kerja sama ini antara lain, produk imunisasi dasar seperti Polio, campak, tetanus, difteri, pertusis dan yang terbaru adalah pentavalen, (DTP, Hb, Hib), sehingga meraka bisa memproduksi dan memenuhi kebutuhan vaksin secara mandiri.

Selain sharing mengenai produksi vaksin, kata dia, Bio Farma juga akan mengajak negara anggota OKI, untuk melakukan penelitian secara bersama–sama. Penelitian tersebut bertujuan menemukan vaksin baru, untuk pencegahan penyakit baru, atau inovasi lainnya.

“Negara anggota OKI, memiliki banyak peneliti, yang bisa kita gabungkan untuk menemukan untuk penyakit baru ke depan dan tantangan kita adalah untuk menemukan vaksin dengan material yang tidak diragukan kehalalannya," kata Rahman.

Program kerja sama penguatan Indonesia-Morocco-Tunisia Development Cooperation melalui Reverse Linkage (RL) ini dilaksanakan pada 27-30 Agustus 2018, di Jakarta dan Bandung. Acara ini terselenggara atas dukungan dari Menteri Perencanaan dan Pengembangan Nasional atau BAPENNAS, Kementerian Kesehatan, Badan POM, dan Bio Farma.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement