Selasa 28 Aug 2018 18:36 WIB

Bio Farma Ditawari Bangun Pabrik di Tunisia dan Maroko

Bio Farma berbagi ilmu pembuatan vaksin kepada delegasi Tunisia dan Maroko.

Delegasi Tunisia dan Maroko melihat proses pengemasan vaksin di Bio Farma, Kota Bandung, Selasa (28/8).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Delegasi Tunisia dan Maroko melihat proses pengemasan vaksin di Bio Farma, Kota Bandung, Selasa (28/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Direktur Politik Luar Negeri dan Kerja sama Internasional Bappenas Wisnu Utomo mengatakan delegasi Tunisia dan Maroko menawarkan PT Bio Farma untuk membangun pabrik di dua negara tersebut. Kunjungan dari delegasi Maroko dan Tunisia tersebut merupakan tindak lanjut dari kesepakatan akhir 2017 antara Bio Farma dan Islamic Development Bank yang melibatkan anggota OKI.

"Dengan adanya peluang tersebut maka sebaiknya Bio Farma berhitung feasibility study untuk membuat pabrik di Maroko dan Tunisia untuk pasar Afrika," kata Wisnu Utomo.

PT Bio Farma, kata dia, memang memiliki kemampuan untuk membantu secara teknis ke negara lain yang membutuhkan dan Bio Farma juga sudah bisa memproduksi vaksin sehingga Maroko dan Tunisia belajar ke Bio Farma.

"Saat ini kan yang lagi digalakkan adalah vaksin syariah dan saat ini Bio Farma sudah bisa memproduksi vaksin halal," katanya.

Ia mengatakan kerja sama dengan negara Islam ini sudah banyak dilakukan, khususnya vaksin dan inseminasi buatan ke Suriah. Saat ini juga ada delegasi Indonesia yang berangkat  ke Suriname untuk pengembangan inseminasi buatan.

Menyikapi tawaran tersebut, Direktur Riset dan Pengembangan PT Bio Farma, Adriansjah Azhari mengatakan pihaknya menyambut baik tawaran dari Tunisia dan Maroko untuk membangun pabrik di sana.

"Ini sebuah peluang bagi kami, ini strategis tapi ini semua harus kita kaji dulu," kata dia.

Menurut dia saat ini dari 57 negara yang tergabung dalam OKI hanya tujuh negara yang memproduksi vaksin dan dua yang sudah memiliki pengakuan dari WHO.

"Kami menawarkan kerja sama bilateral untuk teknologi transfer dan Litbang dengan Maroko dan Tunisia. Tawaran untuk bikin pabrik perlu dikaji tapi perlu bagaimana kajian kedepannya," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement