Sabtu 25 Aug 2018 06:04 WIB

Menteri BUMN Minta Sucofindo Buka Kantor di Jayapura

Kehadiran Sucofindo di Papua memudahkan pengawasan dan pemeriksaan ekspor.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M. Soemarno dalam peresmian 16 proyek strategis nasional (PSN) Kawasan Timur Indonesia di Jayapura, Papua, Jumat (24/8). Seluruh proyek ini menyerap anggaran hingga Rp 2,153 triliun.
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M. Soemarno dalam peresmian 16 proyek strategis nasional (PSN) Kawasan Timur Indonesia di Jayapura, Papua, Jumat (24/8). Seluruh proyek ini menyerap anggaran hingga Rp 2,153 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno memastikan perwakilan dari PT Superintending Company of Indonesia (Sucofindo) Persero akan membuka kantor di Jayapura, Papua. Mereka akan membantu memperlancar urusan ekspor kayu merbau dari Pelabuhan Jayapura ke negara tujuan. 

Rini menjelaskan, keberadaan Sucofindo di Jayapura dapat lebih mengefisiensi waktu dan tenaga. Selama ini, pihak Sucofindo harus mengirim tenaga dari Surabaya ke Jayapura untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, pengujian dan pengkajian. "Dengan begini, diharapkan ekspor kayu dari Jayapura meningkat," tuturnya dalam konferensi pers peresmian 16 proyek strategis nasional Indonesia Timur di Pelabuhan Jayapura, Jumat (24/8). 

Rini menargetkan, eksekusi penempatan Sucofindo di Jayapura dapat dilakukan maksimal sampai dua bulan mendatang. Ia berjanji akan memantau kembali sekitar bulan Oktober sekaligus memastikan pemasangan listrik di sejumlah desa. 

Rini sudah meminta langsung kepada Sucofindo untuk segera merealisasikan permintaan ini. Sebab, hal tersebut sudah lama menjadi harapan para pengusaha kayu olahan. "Selain keberadaan Sucofindo, nanti juga proses fumigasi dapat dilakukan langsung di sini," ujarnya.

Dalam acara peresmian 16 proyek strategis nasional,  Rini juga melepas 35 kontainer kayu olahan yang akan diekspor ke Cina. Ia berkomitmen untuk memperlancar arus barang dari Jayapura mengingat potensi komoditas ekspor dari Papua yang banyak diminati pasar internasional seperti kayu.

Direktur Utama PT Pelindo IV Doso Agung menjelaskan, selama ini, tingkat ekspor kayu dari Pelabuhan Jayapura terbilang fluktuatif. Maksimal, 100 box kayu atau sekitar 2.000 ton pernah dikirim dalam waktu sebulan. "Pernah juga 25 box saja karena belum efektif," katanya. 

Dengan adanya rencana penempatan Sucofindo dan proses fumigasi di Jayapura, Doso berharap, 200 box per bulan dapat dikirim dari pelabuhan secara konsisten. Jumlah ini telah disanggupi pengusaha kayu. 

Untuk Pelabuhan Jayapura, Pelindo IV telah membangun dermaga penumpang 100 meter dan replacement dermaga 150 meter dengan kapasitas 200.000 TEUs per tahun, dari sebelumnya hanya 90.000 TEUs per tahun. "Penyerapan anggarannya sebesar Rp 165 miliar," kata Doso.

Selain itu, investasi dua unit RTG dari 15 box per jam menjadi 25 box per jam, dengan penyerapan anggaran senilai Rp 34 miliar. Serta investasi dua unit container crane senilai Rp 100 miliar.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement