Rabu 15 Aug 2018 21:49 WIB

Kemenhub: Jangan Besar-besarkan LRT Palembang Mogok

Kendala teknis dinilai wajar terjadi karena LRT belum resmi beroperasi.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nur Aini
Sejumlah penumpang berada di dalam gerbong Light Rail Transit (LRT) Palembang di Stasiun Dekranasda Jakabaring (DJKA), Palembang, Sumatra Selatan, Senin (23/7).
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Sejumlah penumpang berada di dalam gerbong Light Rail Transit (LRT) Palembang di Stasiun Dekranasda Jakabaring (DJKA), Palembang, Sumatra Selatan, Senin (23/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan (Kemenhub) meminta masyarakat tidak membesar-besarkan insiden terhentinya light rail transit (LRT) Palembang secara mendadak. Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Zulfikri menilai sebaiknya masyarakat harus mengapresiasi dan menghargai karya buatan anak bangsa tersebut.

"Jangan dibuat seolah-olah karya anak bangsa ini tidak layak. Kereta ini baru sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan. LRT memang belum resmi beroperasi jadi sangat wajar jika masih ditemui kendala-kendala teknis di lapangan," kata Zulfikri di Jakarta, Rabu (15/8).

Hanya saja, dia tetap menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan para penumpang atas peristiwa tersebut. Sesaat setelah kejadian, kata dia, Kemenhub langsung mengambil langkah strategis dengan melakukan penyelidikan terhadap penyebab terhentinya laju LRT secara mendadak.

Menurut Zulfikri, insiden tersebut menjadi koreksi bersama seluruh stakeholder terkait. "LRT Palembang menjadi lompatan besar bagi PT Inka yang notabene merupakan satu-satunya manufaktur sarana perkeretaapian di Asia Tenggara. Mohon dukungan seluruh warga," kata Zulfikri.

Sementara itu, Zulfikri mengatakan LRT Palembang telah digunakan untuk mengangkut sejumlah atlet dan official asal Tajikistan dari Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang menuju kawasan Jakabaring kemarin (14/8). Lokasi tersebut menjadi pusat pertandingan olahraga Asian Games 2018.

Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta maaf atas kejadian mogok kereta ringan atau light rail transit (LRT) Palembang, Sumatera Selatan. Setelah kejadian itu, Kementerian Perhubungan akan melakukan evaluasi secara maksimal.

 

 

 

Budi mengatakan, evaluasi maksimal dilakukan agar kejadian serupa tidak kembali terulang. "Saya minta maaf atas kejadian ini. Ini bukan excuse (berdalih), memang LRT Palembang upaya kami memberanikan diri untuk segera menggunakan produk dalam negeri," katanya ketika ditemui di Kemenko Kemaritiman Jakarta, Selasa (14/8).

Budi menyebutkan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) proyek LRT Palembang mencapai 95 persen, sebuah capaian yang tidak bisa ditemukan di proyek lainnya. Ia mengatakan, jika ingin mencari aman, dengan mudah bisa saja pemerintah memilih perusahaan lain seperti Hyundai. Namun, keinginan pemerintah untuk mendukung produk dalam negeri menjadi hal yang utama.

Sejak resmi beroperasi membawa penumpang pada 23 Juli 2018, pada 1 Agustus 2018, LRT Palembang berhenti mendadak di dua kilometer sebelum Stasiun Jakabaring akibat pintu tidak dapat ditutup lantaran sensor keselamatan sangat sensitif. Kemudian pada 10 Agustus 2018, LRT juga berhenti mendadak di Stasiun Bumi Sriwijaya karena VDU (Vehicle Display Unit) tidak dapat membaca posisi kereta.

Lalu kejadian serupa kembali terjadi saat LRT Palembang membawa ratusan penumpang pada Ahad (12/8) sore. Terhadap tiga kejadian itu, dilakukan evakuasi penumpang karena kejadian kereta berhenti telah melebihi 20 menit. Penumpang kemudian digiring petugas melintasi jalur pejalan kaki yang ada di sisi rel yang aman dari arus listrik untuk menuju stasiun terdekat, seperti sempat viral di media sosial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement