REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia berpeluang merebut pasar tekstil Cina yang selama ini diekspor ke Amerika Serikat (AS). Hal ini terkait dengan perang dagang yang terjadi antara kedua negara.
Hal tersebut disampaikan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita usai kunjungan kerja ke AS beberapa waktu lalu.
Enggar mengatakan, pangsa pasar Indonesia ke AS hanya 4,5 persen. Sementara, impor tekstil dan garmen AS dari Cina mencapai 26 persen.
Dengan adanya peningkatan tarif antara kedua negara tersebut, Enggar minta pasar ekspor Indonesia masuk dalam daftar prioritas karena harga pasti lebih murah. Sebagai 'rayuan', ia akan semakin memudahkan jalan AS untuk impor katun ke Indonesia yang selama ini sudah kerap dilakukan.
Baca juga, Indonesia Manfaatkan Perang Dagang AS-Cina Dongkrak Ekspor
Menurut Enggar, upaya kerja sama di bidang tekstil ini tidak akan sulit. Selain harga yang ditawarkan Indonesia lebih murah dibandingkan Cina, kualitas bahan dari sini pun sudah diakui. "Para pengusaha sana menyebutkan kualitas kita tidak kalah dengan harga yang kompetitif," ucapnya ketika ditemui di Gedung Utama Kemendag, Jakarta, kemarin.
Dalam business lunch, Enggar juga menyampaikan sikap Indonesia mengenai keterbukaan. Inti tujuannya ke sana adalah menyerap produk yang sulit didapatkan AS dalam kondisi sekarang. Tapi, sebaliknya, ia meminta agar membantu penyerapan produk Indonesia.
Dalam kunjungannya, Enggar juga sempat bertemu dengan Menteri Perdagangan Amerika Wilbur Ross. Mereka sepakat nilai perdagangan Amerika dengan Indonesia masih terlalu rendah, yakni 28 miliar dolar AS. "Saya propose untuk harus meningkatkan up to 50 miliar dolar AS," ujarnya.