REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Rabobank Indonesia siap menggelontorkan anggarkan sebesar Rp 200 miliar untuk membantu pengusaha kopi Lampung untuk mengembangkan usahanya. Rabobank akan fokus berkontribusi untuk mengembangkan sektor pangan dan agribisnis di Indonesia.
"Khusus untuk pengusaha kopi di Lampung kami menyiapkan anggaran sebesar Rp 200 miliar, karena fokus kami dalam pembiayaan salah satunya bidang pangan," kata Region Head Rabobank Indonesia Hartono Teguh, di Bandarlampung, Kamis.
Ia menjelaskan, Lampung merupakan provinsi terbesar penghasil kopi robusta di Tanah Air. Oleh karena itu, pihaknya melakukan edukasi terutama masalah budi daya termasuk pemasaran.
"Hal tersebut kita lakukan agar kopi di Lampung tumbuh dan berkembang," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Utama Rabobank Indonesia Jos Luhukay mengatakan pada semester awal pada 2018, pertambahan biaya yang telah disalurkan mencapai 28 persen yakni sebanyak Rp 6,5 triliun yang dihitung sejak tahun Desember 2017 sampai Juni 2018. Namun, secara total baik dari perusahaan besar maupun perusahaan kecil di Indonesia sudah mencapai Rp 11 triliun.
"Untuk tahun ini ditargetkan mencapai Rp13 triliun," jelasnya.
Sedangkan Sector Manager Rabobank Indonesia, Leo Mualim mengatakan persebaran pertanaman kopi besar di Indonesia terdapat di Sumatera (60 persen) diikuti Jawa (25 persen) serta Sulawesi Selatan (15 persen). "Jenis kopi yang berada di Sumatera bagian utara ada kopi berjenis arabika, sementara untuk Sumatera bagian selatan adalah robusta, sedangkan untuk daerah Jawa dan Sulawesi terdapat kedua jenis kopi tersebut," jelasnya.
Ia menambahkan, produksi kopi Indonesia diperkirakan dapat mencapai 11,1 juta karung atau sekitar 743 ribu ton pada akhir 2018 atau meningkat sebanyak 42 ribu ton dari periode sebelumnya, dan peningkatan ini lebih besar pada kopi robusta sebanyak 60 persen.
Leo juga mengatakan bahwa ke depan produksi kopi berkualitas baik akan diberikan sertifikasi pada setiap produksi kopi yang akan diekspor. Dengan demikian, kopi tersebut memiliki nilai jual yang tinggi dibandingkan dengan produksi kopi asalan.
Menurut dia, dalam penyajian kopi tidak ada batasan yang jelas, sebab ke depan penyajian kopi sudah bisa dicampurkan dengan varian rasa tergantung keinginan konsumen. "Minuman kopi saat ini banyak cita rasa seperti espresso tonic. Ke depan kopi yang hanya berbentuk kopi bubuk dan diberikan air panas sudah mulai berkurang penyajiannya, dan digantikan dengan cita rasa lain terutama di kafe-kafe," ujarnya.
Untuk itu, pihak Rabobank akan melakukan seminar pengetahuan mengenai kekinian perkembangan kopi di Tanah Air maupun dunia. "Pengusaha kopi di Lampung dan kami 'sharing' terkait perkembangan serta pemasaran kopi ke depan," jelasnya.