REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak jatuh sekitar dua persen pada akhir perdagangan Rabu (1/8) atau Kamis (2/8) pagi WIB. Peningkatan mengejutka stok minyak mentah AS mengangkat kekhawatiran tentang kelebihan pasokan global, sementara investor cemas bahwa ketegangan perdagangan dapat menekan permintaan energi.
Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober turun 1,82 dolar AS atau 2,5 persen, menjadi ditutup pada 72,39 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, merosot 1,10 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi menetap di 67,66 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Persediaan minyak mentah AS secara tak terduga naik 3,8 juta barel minggu lalu karena impor melonjak, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan. Para analis yang disurvei oleh Reuters telah memperkirakan penurunan sebesar 2,8 juta barel.
Namun, minyak berjangka sempat memangkas kerugiannya setelah data tersebut, yang juga menunjukkan peningkatan permintaan di AS. "Itu mengejutkan melihat peningkatan dalam minyak mentah, tapi itu sedikit diimbangi oleh penarikan yang lebih besar dari perkiraan dalam bensin dan penarikan di Cushing," kata Tariq Zahir, anggota pengelola di Tyche Capital Advisors.
Stok bensin turun 2,5 juta barel, sementara stok minyak mentah di Cushing, Oklahoma, pusat pengiriman minyak mentah AS, turun 1,3 juta barel, menurut data EIA. Pada Selasa (31/7), EIA melaporkan bahwa produksi minyak mentah AS turun 30 ribu barel per hari menjadi 10,44 juta barel per hari pada Mei.
Harga minyak juga tertekan oleh kekhawatiran bahwa ketegangan perdagangan global dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Cina mengatakan akan membalas jika Amerika Serikat mengambil langkah lebih lanjut yang menghambat perdagangan, karena pemerintahan Trump mempertimbangkan pengenaan tarif 25 persen pada barang-barang Tiongkok senilai 200 miliar dolar AS.
Bulan lalu, Brent turun lebih dari enam persen dan minyak mentah AS merosot sekitar tujuh persen, penurunan bulanan terbesar untuk kedua acuan tersebut sejak Juli 2016.
Produksi minyak Rusia bulan lalu rata-rata di atas tingkat yang dijanjikan Moskow menyusul pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan non-OPEC pada Juni, menteri energi Alexander Novak mengindikasikan pada Rabu (1/8). Novak mengatakan bahwa produksi yang lebih tinggi adalah karena kebutuhan untuk menjaga stabilitas pasar.
Komentarnya mengindikasikan bahwa Rusia memproduksi di atas tingkat yang diumumkan oleh Moskow setelah pertemuan OPEC plus pada Juni. Bulan lalu, Novak mengatakan bahwa Rusia dapat melampaui tingkat kenaikan 200 ribu barel per hari jika ada kebutuhan untuk itu.
Seorang pejabat Kuwait mengatakan negaranya meningkatkan produksi pada Juli sebesar 100 ribu barel per hari dari rata-rata Juni. Pada Senin (30/1), survei Reuters menemukan bahwa produksi OPEC mencapai tertinggi 2018 pada Juli. OPEC, plus Rusia dan sekutu lainnya, memutuskan pada Juni untuk mengurangi pemangkasan pasokan ditetapkan sejak 2017.
"Kontrak berjangka Brent terus tertekan oleh kenaikan tajam bulan lalu dalam ekspor minyak mentah di Saudi dan Rusia yang telah memaksa pasokan sementara berlimpah, yang akan membutuhkan beberapa pelambatan dalam kenaikan produksi bulan ini, terutama dari Saudi," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan.