Jumat 27 Jul 2018 11:40 WIB

Kementan Klaim Ekspor Pangan Tiga Tahun Naik 24 Persen

Indonesia mengekspor telur jagung, bawang merah, telur ayam ras dan daging ayam.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolanda
Jagung
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Jagung

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara terbesar keanekaragaman hayati dan pangan nomer dua di dunia. Hal ini yang kemudian mendongkrak ekspor pangan selama tiga tahun terakhir.

Syukur mencatat kenaikan ekspor pangan selama tiga tahun terakhir mencapai 24 persen. Angka ini didongkrak dari ekspor jenis Jagung, padi serta bawang merah.

Syukur menjelaskan pada 2018 Indonesia telah melakukan ekspor jagung sebanyak 57 ribu ton dari Gorontalo ke Filipina dan 60 ribu ton dari Sulawesi Selatan ke Filipina, dari target ekspor jagung sebesar 500 ribu ton. Sedankan ekspor bawang merah sebesar 7.750 ton. 

"Dengan pencapaian tersebut, tahun 2016 dan 2017 kemarin tidak ada lagi impor beras, bahkan ekspor beras 10 ribu ton," ujar Syukur di Acara Gelar Ketahanan Pangan Nusantara di Balai Kartini, Jumat (27/7).

Syukur juga mengatakan Indonesia juga sudah mengekspor telur ayam ras ke Myanmar dan daging ayam olahan ke Jepang dan Papua Nugini. "Secara keseluruhan dalam tiga tahun terakhir, kita patut bersyukur nilai ekspor sektor pertanian naik 24 persen," ujar Syukur.

Meski ekspor naik, kata Syukur peningkatan produksi tersebut perlu diimbangi dengan upaya penganekaragaman pangan. Hal ini bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap sumber pangan tertentu melalui pengembangan dan mempromosikan pangan-pangan alternatif selain beras, yang mempunyai daya saing dan memiliki kandungan gizi yang baik. 

"Selain itu, melalui penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal diharapkan juga sebagai sumber pangan fungsional yang dapat meningkatkan kesehatan dan mampu menghambat penyakit degeneratif," ujar Syukur.

Penganekaragaman pangan dapat dilakukan secara horizontal dengan memanfaatkan aneka bahan makanan. Secara vertikal dilakukan dengan variasi cara pengolahan. Sementara, secara regional dengan memanfaatkan produk pangan unggulan yang sesuai dengan kondisi agroklimat dan daya dukung daerah.

"Untuk mendorong percepatan penganekaragaman pangan, kita perlu fokus baik di sisi hulu dan hilir," kata Syukur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement