Jumat 20 Jul 2018 17:57 WIB

Rupiah Melemah, Deputi BI: Masalahnya adalah Mr Trump

Pelemahan mata uang juga dialami negara lain.

Nilai Tukar Rupiah (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO
Nilai Tukar Rupiah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia menampik keputusan mempertahankan suku bunga acuan "7-Day Reverse Repo Rate" sebesar 5,25 persen pada Kamis (19/7) kemarin menjadi salah satu penyebab melemahnya nilai tukar rupiah pada Jumat ini. Pelemahan lebih karena dinamikan ekonomi luar.

Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto mengungkapkan, Rupiah yang depresiatif pada Jumat ini karena dinamika perkembangan ekonomi di Amerika Serikat. Presiden Trump, Kamis (19/1) melontarkan kritiknya kepada Bank Sentral AS karena kenaikan suku bunga bisa menghambat percepatan pemulihan ekonomi AS.

"Kalau dipicu domestik tidak ada masalah. Masalahnya adalah mister Trump yang membuat pernyataan berlawanan dengan the Fed," ujar Erwin. "Coba dilihat apakah rupiah melemah sendiri atau tidak ? kalau seluruh dunia itu melemah melawan dolar AS ya mestinya itulah penyebabnya," katanya menambahkan.

Baca juga,  Kurs Rupiah Anjlok ke Level Terendah Tahun Ini.

photo
Donald Trump

Jika melihat sejak awal pekan ini, arah perkembangan ekonomi AS menghentak pelaku pasar setidaknya dua kali. Gubernur The Fed Jerome Powell pada pidatonya awal pekan ini mengindikasikan konsistensi menaikkan suku bunga acuannya empat kali tahun ini. Hingga Juni 2018, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak dua kali ke 1,75-2 persen.

Berbarengan dengan itu, eskalasi perang dagang antara dua negara raksasa ekonomi AS dan Cina semakin meningkat dipicu perang pernyataan Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow dan penasihat ekonomi senior pemerintah China Liu He.

Erwin mengatakan, siasat Bank Sentral Cina untuk mendongkrak ekspornya juga turut melemahkan nilai rupiah. "Cina itu melakukan, misalnya devaluasi menurunkan kursnya berkaitan dengan 'perang dagang' itu," ujar Erwin.

Namun, Erwin meminta masyarakat untuk melihat tren pelemahan mata uang ini secara lebih luas. Keperkasaan dolar AS bukan hanya memperlemah rupiah, tapi juga hampir seluruh mata uang negara berkembang. Bahkan mata uang negara-negara lain mendera pelemahan yang lebih dalam dibanding rupiah.

"Saat ini Amerika lagi berdaya adi kuasa. kalau sekarang kamu lihat rupiah melemah terhadap India tidak? tidak, malah kita menguat terhadap India," ujar dia. Bank Sentral, kata Erwin, akan terus menjalankan dua intervensi untuk menstabilisasi nilai tukar rupiah.

Kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dolar Rate yang diumumkan Bank Indonesia, Jumat ini, menunjukkan Rupiah diperdagangkan di Rp14.520 per dolar AS, melemah 102 poin dibanding acuan Kamis (19/7) yang sebesar Rp.14.418 per dolar AS.

Di pasar spot pada Jumat pukul 14.35 WIB, rupiah juga masih menunjukkan tren depresiatif. Mata uang garuda diperdagangkan di Rp14.520 per dolar AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement