Jumat 20 Jul 2018 16:06 WIB

Airlangga: Industri Butuh Stabilitas Rupiah

Industri berbahan baku impor terpengaruh pelemahan rupiah.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang petugas teller menghitung mata uang rupiah.    (ilustrasi)
Foto: Republika/ Yogi Ardhi
Seorang petugas teller menghitung mata uang rupiah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dinilai memberikan dampak pada industri yang mengimpor bahan baku. Menurut Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, industri membutuhkan kestabilan nilai tukar rupiah.

"Bagi industri yang penting itu stabil saja. Dengan rupiah yang stabil maka untuk industri akan bisa memperkirakan, itu membantu," kata Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (20/7).

Airlangga menambahkan, level nilai tukar rupiah tak akan menjadi masalah bagi industri. Yang penting, kata dia, fluktuasi nilai tukar rupiah terus dijaga.

"Level tidak masalah asal tidak terlalu fluktasi. Jadi harus dijaga, tidak fluktuasi gini. Jadi kalau level itu, industri saya kira bisa menyesuaikan," ujar dia.

Lebih lanjut, Airlangga juga menilai menguatnya nilai dollar AS dapat menguntungkan bagi industri yang mengekspor bahan baku lokal. Kendati demikian, kondisi ini juga merugikan bagi industri yang mengimpor bahan baku dari luar.

"Tetapi ada tantangan besar yang bahan baku impor yang jual ke domestik. Apalagi kalau utangnya dolar. Jadi kena pukul dua kali," kata Airlangga.

Karena itu, ia berharap nilai tukar rupiah lebih stabil. Bagi industri, kata dia, juga penting untuk melakukan subsitusi impor. "Asumsi di budget ke depan kan Rp 14.200, jadi tentu kita berharap lah bisa ke Rp 14.200 itu," jelasnya.

Nilai tukar rupiah anjlok ke level terendah tahunan baru terhadap dolar AS. Anjloknya kurs rupiah ini terjadi setelah Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,25 persen pada Juli ini.

Berdasarkan data Bloomberg USD-IDR Spot Exchange Rate, perdagangan rupiah pada Jumat (20/7) dibuka di level Rp 14.477 per dolar AS. Sedangkan, penutupan pada Kamis (19/7) di level Rp 14.442 per dolar AS.

Baca juga, Ekonom: Kurs Rupiah Bisa Tembus Rp 14.700 per Dolar AS

Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga, menyatakan, mengkhawatirkan melihat rupiah terus tertekan walaupun BI berusaha memperketat kebijakan moneter secara agresif selama dua bulan terakhir.

"Walaupun BI mempertahankan posisi hawkish, namun tidak banyak membantu rupiah yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal," kata Lukman melalui siaran pers, Jumat (20/7).

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement