REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Bunga Indonesia (Asbindo) yang beranggotakan pelaku di industri bungasaat ini masih menantikan kebijakan pemerintah terutama keringanan fiskal. Kebijakan fiskal ini diperlukan agar budidaya bunga (florikultura) di Indonesia dapat tumbuh dan berkembang.
"Mungkin pemerintah dapat meniru kebijakan pemerintah Thailand dan Vietnam untuk menumbuhkembangkan florikultura mulai subsidi di sektor pajak sampai kepada bantuan pupuk," kata Wakil Ketua Asbindo, Hesti Widayani, dalam ajang "Indonesia International Landscape and Greenery Exhibition di Jakarta International Expo Kemayoran, Jumat (20/7).
Hesti mengakui salah satu hal yang memberatkan pelaku industri florikultura adalah pengenaan PPN sebesar 10 persen untuk penjualan bunga. "Jadi ketidakkonsistenan di sini kalau bunga yang dijual eceran tidak kena PPN, tetapi kalau sudah dalam bentuk rangkaian atau beberapa tangkai dikenakan PPN sebesar 10 persen. Usulan kami diseragamkan saja jadi 1 persen," ujar dia.
Persoalan lain yang seharusnya menjadi perhatian agar sektor florikultura ini berkembang adalah dukungan penyediaan lahan melalui sewa serta ketersediaan air, bahkan aspek lingkungan. "Pernah petani kami di lereng Gunung Pangrango mengalami kerugian setelah lahan bunganya tersapu banjir akibat tidak adanya pengendalian lingkungan dari pemerintah daerah setempat," jelas Hesti yang didampingi pengurus Asbindo lainnya.
Dalam kesempatan tersebut Humas Asbindo, Damayani Sabini, menambahkan potensi florikultura berdasarkan pengalaman di Vietnam dan Thailand sangat besar terutama dalam memberikan kontribusi bagi devisa, untuk Indonesia sendiri data terakhir menunjukan nilai konsumsi florikultura Indonesia mencapai sekitar 150 milliar dolar AS dengan nilai ekspor 20 juta dolar AS.
Dengan demikian, jelas Damayanti, industri florikultura Indonesia mempunyai masa depan yang menjanjikan, potensi Indonesia untuk dapat bersaing di pasar global sangatlah besar. Kekayaan akan bunga tropis belum dapat dimanfaatkan secara optimal, padahal peminatnya di pasar dunia sangat besar.
Kepala Bidang Organisasi Asbindo, Atik Setyawati, mengatakan untuk menghadapi tantangan tersebut melakukan inovasi mulai dari hulu ke hilir. Melalui inovasi dan teknologi produk florikultura dari hulu ke hilir, industri florikultura mampu mempercepat pertumbuhan pasar domestik maupun peluang ekspor, dapat membantu menekan biaya produksi dan lebih ekonomis bagi para petani florikultura.
"Perusahaan kami menyediakan dan mendorong budidaya florikultura melalui benih karena lebih efisien dan memberikan hasil lebih besar kepada petani. Kami menyadari pasar tanaman hias di Indonesia mulai mengalami kenaikan. Untuk itu kami siap memberikan dukungan dengan menyediakan teknologi dan benih unggul," ujar Atiek yang juga Manager Export Import di PT East West Seed Indonesia (Ewindo).