Kamis 19 Jul 2018 17:33 WIB

Harga Telur Tinggi karena Rantai Pasok

Hingga Juni, terdapat surplus hingga 31 ribu ton.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Friska Yolanda
Menteri Pertanian Amran Sulaiman (kedua kanan) didampingi Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi melepas mobil yang membawa telur ayam untuk operasi pasar di Toko Tani Indonesia Centre, Jakarta Selatan, Kamis (19/7).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Menteri Pertanian Amran Sulaiman (kedua kanan) didampingi Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi melepas mobil yang membawa telur ayam untuk operasi pasar di Toko Tani Indonesia Centre, Jakarta Selatan, Kamis (19/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu penyebab tingginya harga telur ayam di tingkat konsumen karena panjangnya rantai pasok. Ada disparitas cukup tinggi hingga 60 persen.

"Ini terlihat dari harga di tingkat produsen hanya berkisar Rp 18 ribu per kg hingga Rp 22 ribu per kg," kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Kamis (19/7). 

Menurutnya, tidak ada kendala dalam ketersediaan telur di tanah air. Bahkan, pasokannya masih surplus hingga Juli ini. Prognosa produksi telur ayam ras tahun ini sebesar 1,732 juta ton. Pola produksi per bulannya mengikuti pola produksi peningkatan kebutuhan per bulannya, misal pada saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Pemerintah sudah mengantisipasi kebutuhan HBKN yang meningkat.

"Kondisi telur nasional masih mengalami surplus. Sampai bulan Juni 2018 kemarin, terdapat surplus sebanyak 31.490 ton karena itu, tidak ada kekurangan produksi telur sampai bulan Juni 2018," ujar dia. 

Untuk periode Januari hingga Desember 2018, perkiraan ketersediaan produksi telur ayam ras sebanyak 1.732.952 ton. Sementara perkiraan kebutuhan 1.730.550 ton. Maka untuk periode ini ada surplus sebanyak 2.402 ton. Produksi telur Januari hingga Juli mencapai 733.714 ton, sementara kebutuhanya hanya 722.812 ton sehingga surplus 10.902 ton.

"Artinya tidak ada kekurangan pasokan telur," tegas dia. Namun permasalahan yang masih ada adalah mengatasi rantai pasok.

"Harga di produsen sudah turun, memang disparitasnya 60 persen. Jadi tolong kawan-kawan produsen jangan ambil untuk banyak,” jelasnya.

Direktur Pemasaran dan Pengolahan Hasil Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Fini Murfiani mengatakan, harga di tingkat peternak saat ini beragam. "Harga di peternak sampai dengan pagi tadi di Jawa Barat, di Tasik Rp 22.000 di kandang," ujarnya.

Harga terendah telur di kandang peternak Jawa Timur sebesar Rp 19.500 per kg. Di Jawa Tengah Rp 19.000 per kg. Sedangkan harga tertinggi di Bogor Depok Tangerang Bekasi (Bodetabek) Rp 22.000 per kg.

Sementara menurut laman Info Pangan, harga rata-rata telur ayam di provinsi DKI Jakarta hari ini Rp 28.186 per kg dari sebelumnya 28.325 per kg.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement