REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Tak hanya telur ayam yang meroket, harga jual cabai rawit di pasar tradisional juga mengalami lonjakan. Di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, harga cabai rawit naik hingga mencapai Rp 80 ribu per kilo gram (kg).
Yatin, salah satu warga di Desa Moluo, Kecamatan Kwandang, di Gorontalo, Senin (16/7), mengatakan, harga tersebut berlaku di pasar tradisional Moluo Kwandang. Sebelumnya harga cabai rawit berada di kisaran Rp 40 ribu-Rp 50 ribu per kg.
"Kenaikannya cukup signifikan dan sangat terasa berat," ujar Yatin, yang berprofesi sebagai pelaku usaha kecil yaitu penjual nasi kuning.
Ia berharap, pemerintah daerah segera mengantisipasi lonjakan harga komoditas pangan, apalagi cabai rawit menjadi salah satu komoditas rempah-rempah andalan.
Noval, pedagang sayuran dan rempah-rempah mengaku, kenaikan cabai rawit dipengaruhi kurangnya stok yang masuk. "Biasanya saya mengambil stok dari petani lokal atau petani dari luar daerah di Provinsi Gorontalo, namun saat ini stok terlambat masuk dan berdampak pada naiknya harga jual," ujarnya.
Ia memprediksi harga cabai akan mengalami penurunan saat pasokan normal dan petani lokal kembali melakukan masa panen.
Sementara itu, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Gorontalo Utara, Wilson Hadju mengatakan, pihaknya terus memantau pergerakan harga komoditas pangan di daerah itu. Sejauh ini kata ia, harga komoditas rempah-rempah sebagian mengalami kenaikan namun sebagiannya lagi stabil.
Pihaknya terus berkoordinasi dan melaporkan harga-harga tersebut dengan pihak pemerintah provinsi. Harga cabai merah keriting juga naik dari Rp 50 ribu menjadi Rp 55 ribu per kg.
Harga tomat stabil Rp 12 ribu per kg, bawang merah dan bawang putih Rp 40 ribu-Rp 50 ribu per kg. Harga sayuran, seperti kol Rp 10 per buah ukuran besar, sawi Rp3.000 per ikat dan wortel Rp 15 ribu per kg.