REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sejumlah pedagang ayam potong di pasar induk Cikurubuk Kota Tasikmalaya mengeluhkan tingginya harga jual daging ayam. Akibatnya penjualan mereka pun turun drastis.
Salah satu pedagang, Ihat (46 tahun) mengaku tingkat penjualan ayam mengalami penurunan sejak momen melambungnya harga jual pada Lebaran lalu. Ia memprediksi bahkan angka penyusutan pembelinya mencapai 50 persen.
"Kira-kira biasanya saya sehari nyetok sampai 50 ekor (ayam potong), sekarang paling 15-20 ekor. Sepi pembeli ya habis Lebaran," katanya pada wartawan, Ahad (15/7).
Ia menyebut harga daging ayam potong ada di angka Rp 42 ribu per kilogram. Menurutnya, harga ini amat tinggi daripada harga normal di kisaran Rp 30 ribu-Rp 33 ribu. Akibat level harga masih di atas normal, ia tak mau mengambil risiko dengan mempertahankan stok daging berlebihan di kiosnya.
"Yang belinya juga sekarang, mah, susah. Pas pembeli udah tahu harganya Rp 42 ribu per kilo, mereka langsung pergi, enggak berani nawar, karena harga segitu udah kemahalan," ujarnya.
Keluhan serupa dialami oleh pedagang lain, Yuyu Julaeha (43). Ia merasa tingkat penjualan daging di kiosnya menurun drastis karena harga jual yang mahal. Senada dengan Ihat, ia memperkirakan penurunan penjualan sekitar 50 persen.
"Saya sehari bisa jual sampai 1,5 kuintal. Sekarang, mah, 40-50 kilo juga udah bagus. Pasokannya juga kurang. Biasanya saya ngambil dari Salopa (Kabupaten Tasik), sekarang, mah, dari pedagang bandar di sini (Pasar Cikurubuk)," ucapnya.
Di sisi lain, faktor berkurangnya stok ayam dikonfirmasi oleh penjual unggas di Pasar Cikurubuk, Ojen Al Arifin (38). Ia biasa menjual pelbagai jenis unggas, termasuk ayam potong. Namun ia mengaku sering kehabisan stok ayam yang biasa dijual di pasaran.
"Sudah lebih dari 10 hari susah nyarinya. Dari distributor di Ciamis juga pasokannya sekarang sedikit. Kalau ada juga langsung habis dibeli penjual ayam potong karena memang lagi susah," tuturnya.