Kamis 12 Jul 2018 05:15 WIB

Industri Manufaktur Mulai Merasakan Dampak Pelemahan Rupiah

Di Jawa Tengah, 70 persen bahan baku industri manufaktur merupakan impor

Mesin-mesin industri dipajang dalam pameran manufaktur di Jakarta
Foto: Antara
Mesin-mesin industri dipajang dalam pameran manufaktur di Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS -- Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah menyatakan banyak industri manufaktur mulai merasakan dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Dampak pelemahan rupiah, terutama dirasakan oleh industri manufaktur yang masih mengandalkan bahan baku impor.

"Hampir 70 persen bahan baku yang digunakan oleh industri manufaktur di Jateng merupakan bahan baku impor," ujar Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Jateng Frans Kongi ditemui usai menghadiri halal bi halal dan gathering Dewan Pimpinan Apindo Kudus di Hotel Griptha Kudus, Rabu (11/7).

Selain itu, kata dia, sekitar 90-an persen pelaku usaha yang tergabung dalam Apindo Jateng merupakan industri manufaktur. Karena hampir sebagian besar bahan baku yang digunakan merupakan bahan baku impor, kata dia, tentunya berpengaruh terhadap biaya pokok produksinya menjadi semakin berat.

Ia memperkirakan dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa mempengaruhi daya saing produk di pasar internasional. Hal itu, kata dia, tentunya patut menjadi perhatian pemerintah agar sektor industri manufaktur tetap berproduksi secara berkelanjutan.

"Masing-masing pelaku industri tentunya sudah sering menghadapi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar, tentunya sudah ada antisipasi agar tetap berproduksi," ujarnya.

Menurut dia para pelaku industri manufaktur memang dituntut berfikir kreatif dan efektif dalam mengambil strategi agar usahanya tetap berjalan dengan baik. Selain itu, lanjut dia, pelaku industri juga dituntut melakukan penghematan, terutama dalam penggunaan energi listrik agar harga jual produk di pasaran masih bisa bersaing dan kenaikannya juga tidak terlalu signifikan.

"Pelaku industri juga dituntut bekerja efisien. Artinya, dengan bahan baku yang lebih sedikit bisa menghasilkan produk yang lebih banyak," ujarnya.

Ia berharap pada kondisi seperti sekarang pemerintah bisa mempertimbangkan untuk memmberikan insentif khusus, terutama pada industri padat karya dalam bentuk keringanan pajak supaya tetap bisa bertahan. Sejauh ini, lanjut dia, sekitar ribuan perusahaan di Jateng yang tergabung dalam Apindo belum ada tanda-tanda terpengaruh secara signifikan akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"Meskipun demikian, pengaruhnya sudah dirasakan dan mudah-mudahan nilai tukar rupiah tidak semakin terpuruk karena pemerintah tentunya sudah ada upaya agar kembali normal," ujarnya.

Bagi pelaku usaha yang hendak melakukan perluasan, dipastikan juga akan dihentikan sementara sambil menunggu pergerakan nilai tukar rupiah apakah semakin melemah atau mulai menguat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement