Rabu 11 Jul 2018 15:39 WIB

AS tak Ingin Apel dan Kedelai Dihalangi Masuk Indonesia

Mendag akan berangkat ke AS pada akhir bulan ini.

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
Foto: Republika/Debbie Sutrisno
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyebut, Amerika Serikat meminta agar Indonesia tidak menghambat ekspor produk hortikultura mereka. Adapun produk hortikultura unggulan yang diekspor Negeri Paman Sam ke Indonesia antara lain apel dan kedelai.

"Mereka tidak mau ada barrier untuk produknya ke sini," kata Mendag, di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rabu (11/7).

Menurut Enggartiasto, kekhawatiran Amerika tersebut muncul karena pemerintah Indonesia sempat berencana menaikkan tarif bea masuk untuk produk hortikultura. Namun demikian, rencana itu tidak dilanjutkan karena pemerintah khawatir dampaknya akan dirasakan oleh pelaku usaha kecil dan menengah. “Pengusaha tahu dan tempe pasti protes,” ujarnya.

Hubungan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat sedikit menegang. Amerika menganggap Indonesia telah menyumbang defisit perdagangan yang besar bagi mereka. Sementara, Indonesia justru mendapat surplus dari perdagangan dengan Amerika sebesar 14 miliar dolar AS pada 2017.

Karena tak mau terus menderita defisit, Pemerintah Amerika melalui United States Trade Representative (USTR) kini tengah mengkaji ulang kelaikan Indonesia untuk menerima Generalized System of Preference (GSP).

GSP merupakan kebijakan perdagangan suatu negara yang memberikan manfaat pemotongan bea masuk impor terhadap produk ekspor dari negara lain. Jika USTR menilai Indonesia tak lagi laik mendapatkan fasilitas GSP, maka produk asal Tanah Air yang diekspor ke Amerika akan dikenakan tarif normal.

Berdasarkan laporan GSP Amerika Serikat pada tahun 2016, Indonesia memperoleh manfaat GSP sebanyak 1,8 miliar dolar AS dari total ekspor sebesar 20 miliar dolar AS.

Baca juga, Indonesia Lobi AS Agar Tetap Dapat Keringangan Bea Masuk. 

Mendag berencana terbang ke Amerika Serikat untuk menemui Departemen Perdagangan AS atau United States Trade Representative (USTR) pada akhir Juli mendatang. Mendag akan melakukan negosiasi dengan USTR agar Indonesia tetap mendapatkan fasilitas Generalized System of Preference (GSP).

“Kita akan bicara dengan USTR agar GSP tetap kita dapatkan,” kata Enggartiasto.

Mendag melanjutkan, pemerintah akan melobi agar Indonesia bisa mendapat fasilitas lain dari AS selain GSP. Sebab, jika GSP dicabut, maka Indonesia tidak memiliki fasilitas lain yang bisa digunakan untuk mendapatkan tarif bea masuk lebih rendah. Sebagai dampaknya, ekspor Indonesia ke Amerika berpotensi terganggu.

"Ada 3.547 tarif lines yang mengandung konsekuensi itu," ujar Mendag.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement