Kamis 05 Jul 2018 18:53 WIB

Imbas Sentimen Tarif Impor Produk Cina, Kurs Rupiah Melemah

Rupiah disebut bisa bergerak ke angka Rp 14.700 per dolar AS.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas melayani nasabah yang menukarkankan uang rupiah dengan Arab Saudi  Riyal (SAR) di gerai Money Changer Mandiri Syariah, Thamrin Jakarta, Kamis(5/7).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas melayani nasabah yang menukarkankan uang rupiah dengan Arab Saudi Riyal (SAR) di gerai Money Changer Mandiri Syariah, Thamrin Jakarta, Kamis(5/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski kembali berhasil meninggalkan level Rp 14.400 per dolar AS, namun kurs rupiah hari ini, (5/7), tetap ditutup melemah terhadap dolar AS. Pelemahannya sebesar 0,22 persen atau 31 poin di Rp 14.394 per dolar AS.

Pagi tadi, rupiah dibuka melemah 10 poin atau 0,07 persen di Rp 14.373 per dolar AS pada spot perdagangan mata uang.  Pelemahan semakin mendalam, hingga pada pukul 11.30 WIB, melemah 0,43 persen ke Rp 14.425 per dolar AS. Kemudian sekitar pukul 01.00 WIB sempat menguat 0,33 persen atau 47 poin ke Rp 14.410 per dolar AS.

Selanjutnya, jelang penutupan, kurs rupiah mulai meninggalkan level Rp 14.400 per dolar AS. Dengan berada di level Rp 14.390 per dolar AS.

Sementara itu, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, nilai tukar terhadap dolar AS berada di posisi Rp 14.387 per dolar AS. Angka itu sedikit melemah dibandingkan posisi kemarin (4/7), di Rp 14.343 per dolar AS.        

   

"Setelah sempat menguat pada perdagangan sebelumnya, laju rupiah kembali melemah tipis. Pergerakan sejumlah mata uang Asia yang melemah memberikan imbas negatif pada Rupiah," jelas Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada di Jakarta, Kamis, (5/7).

Baca juga, Rupiah Masuk Angin.

Dari dalam negeri, kata dia, terlihat belum adanya sentimen yang cukup signifikan untuk mengangkat rupiah sehingga kenaikan sebelumnya kembali diuji. Aksi menahan diri dari pelaku pasar jelang pengenaan tarif terhadap sejumlah barang-barang impor Cina berimbas pada pergerakan sejumlah mata uang yang cenderung flat. 

Sementara itu, menurutnya pergerakan mata uang Cina, yuan, masih bertahan positif meski hanya naik tipis seiring masih adanya imbas dari langkah PboC yang melakukan upaya untuk menahan pelemahan mata uang tersebut. Dengan mempertahankan yuan pada tingkat stabil dan masuk akal ditambah arus modal masih terkendali. 

Baca juga, Pelemahan Rupiah Masih Berlanjut.

Pengamat Ekonomi Indef Bhima Yudhistira menambahkan, kurs rupiah akan melemah hingga Rp 14.700 per dolar AS pada akhir Juli. Pasalnya, posisi Indonesia dirugikan akibat perang dagang karena berada dibawah global supply chain sebagai negara pemasok bahan baku AS dan Cina.

"Jika volume perdagangan dunia turun, imbasnya permintaan batubara, sawit, hingga karet akan anjlok. Belum ada perang dagang saja dalam lima bulan terakhir ada empat kali defisit perdagangan. Apalagi paska 6 Juli, defisit perdagangan kita akan makin bengkak," katanya.

Menurutnya, ada kaitan erat antara melemahnya ekspor dengan anjloknya permintaan. Sedangkan dampak lain di antaranya Indonesia jadi target barang impor Cina. Banjir impor membuat permintaan valas terutama dolar naik signfikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement