REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menunda penandatanganan perjanjian North American Free Trade Agreement (NAFTA) yang telah direvisi. Trump mengatakan akan menandatangani perjanjian NAFTA ini usai pemilu sela.
Dalam wawancara dengan Fox Business Broadcast pada Ahad (1/7) lalu, Trump mengatakan bahwa ia bisa saja segera menyetujui perjanjian NAFTA yang berisi kesepakatan perdagangan antara AS dengan negara tetangganya, yakni Kanada dan Meksiko. Namun begitu, ia mengaku belum puas dengan naskah yang telah direvisi tersebut.
“Saya ingin membuat NAFTA menjadi lebih adil,” ujarnya, seperti dikutip oleh The Guardian.
Baca juga, Trump-Trudeau Bahas Soal Perang Dagang Melalui Telepon
Mengenai kapan ia akan menandatangani perjanjian itu, Trump mengatakan akan menunggu sampai usai pemilu sela yang akan berlangsung pada November mendatang.
AS menginginkan revisi perjanjian perdagangan trilateral dengan Kanada dan Meksiko yang telah berlangsung selama tiga dekade. Hal ini dipicu oleh besarnya defisit perdagangan yang dialami oleh AS. Presiden Trump juga menuding Kanada dan Meksiko sebagai penyebab tingginya angka pengangguran di kalangan warga asli AS.
Total nilai perdagangan barang dan jasa antara AS dan Meksiko pada 2017 mencapai 616,6 miliar dolar AS, dengan defisit perdagangan bagi Amerika sebesar 64,1 miliar dolar AS. Wacana nutuk mengubah kondisi tersebut telah berlangsung sejak awal kepemimpinan Trump setahun lalu.
Ia mengancam, jika AS terus mengalami defisi perdagangan, maka AS tak segan untuk mundur dari perjanjian perdagangan tersebut.