REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Jawa Barat (Jabar) memastikan, stok beras di wilayah Jabar dalam kondisi aman. Bahkan, menurut Kepala Bulog Divre Jabar, Achmad Ma'mun, ketahanan cadangan pasokan beras cukup untuk memenuhi kebutuhan tujuh sampai delapan bulan ke depan.
"Semua stabil, mulai dari ketersediaan sampai keterjangkauan," ujar Achmad kepada wartawan pada Halal Bihalal Bulog Jabar di Kantor Bulog Divre Jabar, Senin petang (25/6).
Saat ini, kata Achmad, stok beras Jabar berada pada posisi tiga besar nasional. Stok beras Jabar berada di atas 100.000 ton. Angka ini, akan terus bertambah karena masih berlangsungnya serapan beras dari petani yang panen di Jabar.
"Serapan beras masih terus diupayakan selama kualitas sesuai dan harga cocok," katanya.
Terkait jumlah beras yang berhasil diserap Bulog, menurut Achmad, jumlah beras di Bulog Divre Jabar yang terserap mencapai 155 ribu ton. Sementara total target serapan Bulog Divre Jabar sepanjang tahun ini sebesar 450.000 ton.
"April lalu serapan Bulog Divre Jabar cukup besar, seiring dengan melimpahnya hasil panen," katanya.
Seperti diketahui, banjir dan serangan hama membuat panen raya di Jawa Barat (Jabar) tahun ini mundur menjadi April. Padahal, biasanya periode panen raya di wilayah Jabar mulai terjadi pada pekan kedua Maret.
Pada 2017 pada pertengahan Maret Bulog sudah bisa menyerap 2.000 ton / hari. Sementara pada puncak panen raya, biasanya serapan beras Bulog Divre Jabar bisa mencapai 5.000 ton per hari.
Sementara itu, secara nasional menjelang Ramadan lalu stok beras mencapai 1,3 juta ton. Stok tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan beras nasional dalam kurun waktu 5-6 bulan.
Stok tersebut berasal dari serapan beras petani lokal sekitar 800.000 ton. Sisanya, sekitar 500.000 ton adalah beras impor asal Vietnam. Seperti diketahui, stok Bulog terdiri atas cadangan beras pemerintah dan beras komersial yang diserap dari lokal.