REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rusia tetap menjadi pasar ekspor bagi kelapa sawit Indonesia. Moskow tidak turut melakukan kampanye hitam seperti yang selama ini dilakukan negara Eropa.
"Kami minta ada perlawanan sehubungan dengan CPO Indonesia," kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat ditemui di gedung Kementerian Pertanian, Jumat (8/6).
Ia mengatakan, selama ini masalah kelapa sawit Indonesia menjadi perhatian besar pemerintah. Sebab, kelapa sawit merupakan penyumbang devisa utama.
Menurut Amran, pendekatan kelapa sawit jangan saja terkait lingkungan dan deforestasi. Tapi juga melalui pendekatan kesejahteraan komunitas. Apalagi ada 30 juta orang yang tergantung pada kelapa sawit.
Petani di kebun kelapa sawit. (Ilustrasi)
Kampanye hitam di negara Eropa, ia melanjutkan, akan menurunkan harga Crude Palm Oil (CPO) dan ini berdampak tidak langsung pada kerusakan lingkungan. Sebab masyarakat bisa pindah untuk beralih membabat hutan.
"Tapi alhamdulillah harga stabil dan membaik, dan ini tampaknya beberapa negara Eropa sudah mengerti dengan hal tersebut," ujar dia.
Baca juga, Indonesia Siap Hadapi Uni Eropa Terkait Sawit.
Selain Rusia yang telah memahami tidak dilakukannya kampanye hitam, Jerman, Spanyol dan Denmark juga diakuinya telah diberi pemahaman serupa. Karena yang terpenting adalah meningkatkan kesejahteraan petani. "Mereka juga setuju," katanya.
Untuk diketahui, hubungan perdagangan Rusia-Indonesia cukup baik. Selama ini Indonesia menerima impor gandum dari Rusia, sementara RI mengekspor CPO.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, impor gandum pada Januari 2018 sebesar 111.688.010 kg dengan nilai 24.161.622 dolar AS. Angka impor menurun pada Februari 2018 sebesar 35.711.154 kg dengan nilai 7.741.326 dolar AS.
Sementara ekspor kelapa sawit Indonesia ke Rusia pada Januari 2018 sebesar 87.605.617 kg dengan nilai 58.904.651 dolar AS, pada Februari ekspor mencapai 36.043.439 kg senilai 25.125.985 dolar AS.
Angka ekspor kembali meningkat pada Maret yakni 73.750.105 kg dengan 50.813.255 dolar AS. Sementara pada April 2018 ekspor kelapa sawit mencapai 58.866.079 kg senilai 40.923.795 dolar AS.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Bambang mengatakan, produktivitas kelapa sawit Indonesia saat ini masih rendah rata-rata 3,6 ton per hektare. Padahal potensi produktivitas kelapa sawit bisa mencapai 8,4 ton per hektare.
Ia menambahkan, catatan ekspor komoditas perkebunan tahun 2016-2017 mengalami peningkatan signifikan.
"Meningkat 26,5 persen," katanya. Nilai ekspor pada 2016 sebesar 25,5 miliar dolar AS dan 31,8 miliar dolar AS pada 2017.