Kamis 07 Jun 2018 16:58 WIB

Petani Didorong Pakai Benih Jagung Hibrida

Kementan telah menghasilkan sekitar 29 varietas unggul jagung hibrida.

Red: EH Ismail
Benih jagung manis sedang banyak diburu perusahaan yang bergerak dibidang pertanian.
Foto: ANTARA
Benih jagung manis sedang banyak diburu perusahaan yang bergerak dibidang pertanian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menargetkan produksi jagung sebesar 33,13 juta ton pada 2025 mendatang. Target ini meningkat 40,5 persen dibandingkan capaian produksi 2016.

Untuk mencapai target tersebut, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) akan menyiapkan 40 persen kebutuhan benih jagung hibrida nasional.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) Mohammad Ismail Wahab mengatakan, untuk meningkatkan produktivitas, maka petani harus menggunakan benih jagung hibrida nasional. Saat ini, penggunaan benih benih jagung hibrida masih rendah sehingga produktivitas jagung di Indonesia juga belum tinggi.

“Sekitar 44 persen atau 1,95 juta hektare lahan petani masih menggunakan benih jagung komposit dengan produktivitas rendah,” kata Ismail.

Padahal, Ismail menjelaskan, tingkat produktivitas benih jagung komposit hanya 3,32 sampai 5,31 ton per hektare atau 30 sampai 70 persen lebih rendah dibandingkan jagung hibrida yang mencapai 8,02 sampai10,31 ton per hektare. “Benih jagung hibrida ini memang lebih mahal sekitar 5 kali lipat dibandingkan harga benih jagung komposit,” ungkap Ismail.

Saat ini, Kementan telah menghasilkan sekitar 29 varietas unggul jagung hibrida dengan potensi hasil konsumsi mencapai 13,6 ton per hektare. Untuk memproduksi benih sebar (BR) jagung hibrida tersebut, Balitbangtan melakukan kerja sama lisensi guna memperoleh mitra yang berperan sebagai produsen.

Ismail menjelaskan, dalam rangka mempercepat dan meningkatkan adopsi varietas jagung hibrida, Kementan memberikan porsi bantuan benih bersubsidi varietas jagung hibrida sebanyak 40 persen atau sekitar 1,120 juta hektare dari total 3 juta hektare luas jagung yang mendapat bantuan pemerintah.

“Dari luasan 1,1 juta hektare tersebut dibutuhkan sekitar 16 juta kilogram benih jagung. Harapan kami, benih jagung hibrida ini dapat menggantikan jagung komposit seperti varietas Arjuna, Bisma, Lamuru, dan Sukmaraga yang masih menjadi favorit petani,” ujar Ismail.

Selain untuk tingkatkan produktivitas jagung, pengembangan benih jagung hibrida juga didasarkan pada kebutuhan benih yang dapat digunakan di lahan suboptimal. Untuk itu, Balitbangkan mengembangkan Benih jagung hibrida yang juga dapat dikembangkan di lahan kering di luar Jawa.

Dengan target produksi tahun 2025 yang capai sekitar 33 juta ton, maka target luas tanam jagung tahun 2025 digenjot menjadi sekitar 5,88 juta hektare atau meningkat 32,4 persen dibandingkan luas panen jagung 2016 yang mencapai 4,44 juta hektare. “Untuk mencapai target tersebut, benih jagung hibrida yang dikembangkan harus bisa dimanfaatkan oleh petani lahan subooptimal,” ujar Ismail.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement