Rabu 06 Jun 2018 14:37 WIB

BCA Syariah Proyeksi Pembiayaan Tumbuh 25 Persen

Pembiayaan yang disalurkan BCA Syariah pada kuartal pertama 2018 tumbuh 23 persen.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Petugas melayani transaksi nasabah di kantor layanan BCA Syariah, Jakarta. ilustrasi
Foto: Republika/ Wihdan
Petugas melayani transaksi nasabah di kantor layanan BCA Syariah, Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank BCA Syariah memproyeksikan pertumbuhan pembiayaan pada kuartal kedua tahun ini akan tumbuh kisaran 23-25 persen secara tahunan (year on year/YOY). Pembiayaan yang positif ini telah terlihat sejak awal tahun.

Menurut Presiden Direktur BCA Syariah John Kosasih, industri perbankan umumnya pada kuartal pertama mengalami penurunan pembiayaan. Namun, BCA Syariah berhasil menyalurkan pembiayaan tumbuh sebesar 23 persen YOY dengan nilai Rp 4,29 triliun pada kuartal 1 2018.

"Biasanya kuartal 1 kan turun. Tapi kita on the right track. Pada April dan Mei juga penyaluran pembiayaan kita tumbuh baik sekitar 15-20 persen. Pada kuartal 2 perkiraan sekitar 23-25 persen," ujar John di Wisma BCA Syariah, Jakarta Timur, Selasa (5/6) malam.

Dia menjelaskan, sekitar bulan April dan Mei, biasanya dua-tiga bulan sebelumnya permintaan pembiayaan naik, terutama di sektor ritel, modal kerja untuk bahan baku. Setelah Lebaran terjadi penjualan luar biasa sehingga pembiayaan dipastikan akan melambat.

Selain itu, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) menjadi 4,75 persen tentunya akan direspons oleh penyesuaian dari industri perbankan dan berpengaruh pada penyaluran pembiayaan. Namun, BCA Syariah meyakini dapat tumbuh positif melampaui target BI yang single digit.

"Kenaikan BI 7 Days Repo Rate BI tentunya berpengaruh ke industri perbankan. Perbankan akan melakukan penyesuaian. Tapi kami belum memutuskan seperti apa penyesuaian yang akan diambil," ujarnya.

Porsi pembiayaan bank adalah penyaluran untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebesar 20 persen sesuai aturan regulator, kemudian segmen konsumer dan komersial sebesar 80 persen. Berbagai strategi bisnis disiapkan, dengan BCA Syariah membidik pasar-pasar potensial seperti sektor produktif, manufaktur, perdagangan, infrastruktur, hingga perkebunan.

Salah satu prospek bisnis yang menguntungkan seperti industri spare part otomotif secara mengejutkan tumbuh dengan baik pada kuartal 1. Kemudian, proyek infrastruktur pemerintah seperti jalan tol dan bandara.

Untuk proyek jalan tol yang merupakan sindikasi perbankan syariah, BCA Syariah telah menyiapkan pembiayaan sebesar Rp 100 miliar untuk tahap pertama. "Sebenarnya hampir semua sektor kita masuk dengan prinsip prudential banking yang baik. Harus ada industri dan customer respect, lihat kondisi keuangan nasabah dan memastikan bagaimana kondisi industri juga. Makanya kami bisa pertahankan NPF di bawah satu persen," kata John.

Non-performing financing (NPF) atau rasio pembiayaan bermasalah di BCA Syariah tercatat dalam kondisi yang sehat, yakni 0,50 persen gross dan 0,17 persen nett. Dengan pengelolaan bisnis yang on the track, John meyakini dapat mempertahankan kualitas pembiayaan konsisten di bawah satu persen pada tahun ini.

Berdasarkan data bank, per kuartal I 2018 total aset BCA Syariah tumbuh 14 persen YOY sebesar Rp 6,12 triliun. Dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 16 persen YOY sebesar Rp 4,86 triliun, sedangkan pembiayaan tumbuh 23 persen YOY atau sebesar Rp 4,29 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement