Kamis 24 May 2018 18:36 WIB

Kurs Rupiah Ditutup Menguat

Rupiah diperkirakan akan tetap tertekan.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Teguh Firmansyah
Rupiah (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Rupiah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kurs rupiah ditutup menguat 0,53 persen atau 76 poin di level Rp 14.133 per dolar AS. Angka itu membaik dibandingkan posisinya saat dibuka pagi tadi di Rp 14.192 per dolar AS.   Mata uang Garuda tersebut mulai bangkit pada perdagangan sesi II. Setelah sebelumnya pada perdagangan sesi I ditutup di level Rp 14.165 per dolar AS.

Meski begitu, pada kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) nilai tukar rupiah di posisi Rp 14.205 per dolar AS. Angka tersebut menurun dibandingkan kemarin Rp 14.192 per dolar AS.

Consultant Asian Development bank Institute (ADBI) Eric Sugandi memprediksi, dalam beberapa hari ke depan, kurs rupiah masih akan bergerak di kisaran Rp 14.050 per dolar AS sampai Rp 14.250 per dolar AS.

"Penyebab pelemahan rupiah masih terjadi karena kombinasi tekanan faktor eksternal yaitu penguatan dolar AS karena tren kenaikan US Treasury securities yields," jelasnya kepada Republika.co.id, Kamis, (24/5).

Repatriasi income oleh investor asing yang sifatnya seasonal di kuartal dua setiap tahun, kata dia, juga memengaruhi laju rupiah.  Ditambah persepsi negatif pelaku pasar finansial terhadap daya topang fundamental ekonomi Indonesia terhadap rupiah, serta memburuknya neraca dagang yakni periode Januari sampai April 2018.

"Jadi rupiah rentan terhadap faktor eksternal. Salah satunya juga karena kepemilikan asing yang relatif besar di Surat Berharga Negara (SBN) dan bursa saham," kata Eric.

Dengan  begitu, kata dia, ketika terjadi outflow dari investor asing. Maka nilai tukar rupiah bisa tertekan.

Gubernur Bank Indonesia (BI) yang baru dilantik Perry Warjiyo menjanjikan penguatan kebijakan moneter melalui suku bunga acuan dan intervensi pasar untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang terus melemah. Nilai tukar rupiah melemah empat persen sejak Januari-21 Mei 2018.

"Saya akan prioritaskan kebijakan moneter untuk bisa stabilkan kurs rupiah dengan kombinasi kebijakan suku bunga dan intervensi ganda," ujar Perry dalam pernyataan pertamanya setelah dilantik di Mahakamah Agung, Jakarta, Kamis (24/5).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement