Kamis 17 May 2018 19:51 WIB

BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Inflasi Diharapkan Terkendali

Kenaikan suku bunga acuan juga diharapkan bisa menekan defisit transaksi berjalan

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nidia Zuraya
Inflasi, ilustrasi
Foto: Pengertian-Definisi.Blogspot.com
Inflasi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan BI 7-day reserve repo rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen pada Kamis (17/5). Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, mengatakan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia akan berdampak pada dua hal.

Pertama, inflasi diharapkan lebih terkendali ke depan. "Dengan kenaikan ini, BI menjangkar target inflasinya," kata David saat dihubungi Republika, Kamis (17/5).

Kedua, lanjut David, diharapkan meredam kekhawatiran defisit transaksi berjalan yang semakin lebar. Sebab, data bulan lalu mencatatkan impor cukup tinggi. Jika gejolak eksternal berlanjut, dikhawatirkan defisit transaksi berjalan semakin lebar.

"Dan kemudian Bank Indonesia kan akan melihat kondisi atau perkembangan data eksternal maupun domestik, jadi bisa saja nanti naik lagi kalau kondisi domestik masih data-data kurang baik dari sisi inflasi dan perdagangan," imbuh David.

Selain itu, data eksternal terutama gejolak dari kenaikan suku bunga AS juga dinilai berpengaruh terhadap asessment kebijakan Bank Indonesia.

Dari sisi nilai tukar, menurutnya kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin paling tidak akan menahan para investor yang masih ada di dalam negeri supaya tidak terjadi aliran modal keluar (capital outflow). "Negara-negara lain juga sudah menaikkan suku bunga. Akhirnya BI menaikkan," ujarnya.

David menambahkan, tingkat confidence pasar terhadap kondisi perekonomian Indonesia masih kuat. Dengan kenaikam suku bunga acuan diharapkan confidence pasar semakin kuat sehingga tidak ada kekhawatiran terjadi outflow lagi. "Juga tergantung perkembangan kalau misalnya ada tekanan lagi bisa saja disesuaikan lagi BI 7-day reserve repo rate-nya," imbuhnya.

Di sisi lain, David melihat pengaruh kenaikan suku bunga acuan tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi secara signifikan. David memprediksi pertumbuhan ekonomi sampai akhir 2018 sebesar 5,2 persen.

"Karena kenaikannya juga tidak banyak. Biasanya yang kena duluan suku bunga depasito bukan suku bunga kredit," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement