REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi (17/5) bergerak menguat sebesar 16 poin menjadi Rp 14.070 dibanding posisi sebelumnya Rp 14.086 per dolar AS.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan bahwa pemerintah yang terus berupaya menjaga kesehatan APBN direspons positif sebagian pelaku pasar sehingga rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar AS.
"Karena APBN yang sehat merupakan salah satu alat untuk menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan, dengan begitu ekonomi akan tumbuh berkelanjutan," kata Reza di Jakarta, Kamis
Ia menyatakan harapan pasar terhadap kebijakan Bank Indonesia yang akan menaikkan suku bunga acuan (BI 7-Day Repo Rate) turut mempengaruhi pergerakan mata uang rupiah. "Antisipasi terhadap kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia turut menjaga laju rupiah," kata Reza.
Kendati demikian, kata dia, apresiasi rupiah relatif masih terbatas mengingat sentimen yang beredar, terutama prospek kenaikan suku bunga AS masih cukup kuat. Perbaikan yang terjadi pada ekonomi Amerika Serikat memberikan ruang yang cukup bagi dolar AS untuk kembali terapresiasi.
Di sisi lain, kata dia, sentimen kenaikan yield obligasi Amerika Serikat tenor 10 tahun yang berada di atas level tiga persen masih menjadi salah satu faktor yang membatasi nilai tukar domestik terapresiasi lebih tinggi.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan kenaikan imbal hasil memperlebar selisih suku bunga antara AS dan negara maju lainnya, sehingga meningkatkan daya tarik dolar AS. "Meningkatnya imbal hasil AS dapat memicu perpindahan arus modal dari pasar berkembang," kata Ariston.