REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengungkapkan, rentetan aksi teror bom di Jawa Timur pada Ahad lalu, hanya sedikit mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing di mata investor.
Menurut Agus, secara umum memang ada sedikit dampak ekonomi jika dunia internasional melihat adanya gangguan keamanan di Indonesia. Tapi berkaca dari kejadian-kejadian sebelumnya, pengaruh dari insiden teror seperti pada Ahad (13/5) hanya minim. "Serangan bom kemarin hanya memberikan sedikit pengaruh kepada nilai tukar Rupiah," ujar Agus, Senin (15/5).
Agus mengatakan, sejauh ini fundamental ekonomi Indonesia dalam keadaan baik. Dia meminta agar masyarakat tidak panik dan tetap tenang menghadapi volatilitas nilai tukar yang terjadi dalam beberapa hari terakhir. "BI dipastikan akan selalu berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Kalau pun sudah menyentuh nilai tukar Rp 14 ribu per dolar AS, itu sesuatu yang kalau secara presentasi kecil, dan negara lain ada yang lebih buruk dari negara kita," kata Agus.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi melemah 49 poin menjadi Rp14.012 dibanding posisi sebelumnya Rp13.963 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah relatif masih bergerak stabil seiring dengan cukup kuatnya optimisme pemerintah terhadap ekonomi nasional," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Selasa.
Baca juga, BI: Fundamental Ekonomi Masih Kuat.
Ia menambahkan bahwa sejumlah data ekonomi nasional yang telah dirilis juga menunjukan perbaikan. Data terbaru yakni defisit transaksi berjalan tercatat 5,5 miliar dolar AS (2,1 persen PDB) pada triwulan I 2018, lebih rendah dari defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai 6,0 miliar dolar AS (2,3 persen PDB).
Jaga Investor
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah akan terus menjaga kepercayaan investor dari dampak aksi teror bom yang terjadi di Surabaya. Hal itu agar momentum pertumbuhan ekonomi tidak terganggu.
"Tentu kita berkepentingan untuk tidak membiarkan suatu serangan teror itu kemudian menghilangkan kepercayaan dan persepsi positif terhadap ekonomi," kata Mulyani.
Sri Mulyani mengatakan kegiatan ekonomi masyarakat saat ini sedang meningkat seiring dengan membaiknya kinerja konsumsi rumah tangga, investasi maupun ekspor yang tercatat tumbuh positif pada triwulan I-2018.
Untuk itu, pemerintah akan terus berkomunikasi dengan para investor maupun pelaku pasar bahwa kebijakan yang ada saat ini telah memperkuat pondasi ekonomi agar tidak rentan terhadap gangguan internal maupun eksternal."Kita menjaga momentum dari pertumbuhan ekonomi kita yang sekarang ini sedang menguat. Kita jaga seluruh 'policy' untuk dapat meningkatkan investor, ekspor dan daya beli masyarakat," ujar Sri Mulyani.