Jumat 11 May 2018 16:45 WIB

Bio Farma Paparkan Rencana Riset Vaksin ke Negara Islam

Bio Farma sudah mempersiapkan beberapa langkah konkret sebagai mekanisme kerja sama.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Andi Nur Aminah
Direktur Utama Biofarma M Rahman Roestan
Foto: yusuf assidiq
Direktur Utama Biofarma M Rahman Roestan

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- PT Bio Farma dipercaya menjadi narasumber pada peresmian Indonesia sebagai Pusat Riset Vaksin di negara Islam. Dalam kesempatan itu, Direktur Utama PT Bio Farma, M Rahman Roestan, menyampaikan rencana strategis pembentukan pusat riset vaksin dan produk bioteknologi Organisasi Kerja sama Islam (OKI) di Jakarta, pada Senin (14/5).

Acara Launching Reception and Workshop on the OIC Centre of Excellence on Vaccines and Biotechnology Products akan dihadiri oleh kedutaan besar anggota negara OKI di Jakarta. Begitu juga negara Anggota OKI, Sekjen OKI, lembaga terkait OKI antara lain IDB (Islamic Development Bank), COMSTECH dan SESRIC, Kementerian dan Menteri Terkait di Indonesia, Partner di bidang kesehatan seperti Badan Kesehatan Dunia (WHO), World Bank, UNICEF, GAVI, ADB (ASEAN Development Bank), serta Konsorsium Riset Indonesia.

"Bio Farma sudah mempersiapkan beberapa langkah konkret sebagai mekanisme kerja sama antarsesama anggota OKI," ujar Rahman dalam siaran persnya, Jumat (11/5).

Rahman mengatakan, ia akan menyediakan mekanisme kerja sama dengan negara negara OKI  melalui transfer teknologi, kerja sama riset dan pengembangan serta kerja sama fill and finish. Menurut Rahman, ia akan menyampaikan presentasi mengenai rencana strategis pusat riset vaksin dan produk bioteknologi untuk organisasi kerja sama Islam.

Sedangkan narasumber lainnya dalam diskusi panel yang bertajuk kerja sama swasta dan pemerintah dalam merespons berbagai tantangan kesehatan global. Di antaranya, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan yang akan mempresentasikan mengenai peran Indonesia dalam mencapai kemandirian produksi vaksin dan ketersediaan vaksin untuk anggota negara OKI.

Selain itu, Direktur Jenderal Riset dan pengembangan, Kemenristekdikti akan menyampaikan tentang model kerja sama riset dalam pengembangan vaksin baru.

"Kami berharap dengan penetapan Centre of Excellence OIC dapat mempercepat kemandirian dan ketersediaan vaksin serta produk bioteknologi pada negara anggota OKI," katanya.

Penetapan Indonesia sebagai Center of Excellence ini diputuskan saat berlangsung pertemuan Tingkat Menteri Kesehatan Organisasi Kerja Sama Islam (KTM OKI) ke-6 di Jeddah. Delegasi yang dipimpin oleh Menteri Kesehatan RI. Penetapan Indonesia sebagai Centre of Excellence on Vaccine and Bio-technology Products, ditegaskan dalam Resolusi OKI mengenai Self-Reliance in Supply and Production of Medicines, Vaccines and Medical Technologies.

Resolusinya antara lain menyetujui kerangka acuan pembentukan Centre of Excellence di Indonesia dan meminta Pemerintah Indonesia untuk mempercepat proses pendirian Centre of Excellence dimaksud. Kepercayaan ini merupakan pengakuan atas kinerja pemerintah Indonesia terkait industri vaksin dan produk bio-teknologi yang lebih maju dibandingkan umumnya di negara-negara anggota OKI. Indonesia merupakan satu-satunya negara anggota OKI yang memiliki industri vaksin imunisasi lengkap yang diakui WHO.

Sejumlah negara mengapresiasi upaya persiapan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan menilai bahwa pendirian Centre of Excellence on Vaccine and Bio-technology Products ini sangat penting untuk kemandirian negara-negara OKI dalam penyediaan vaksin dan produk bio-teknologi. "Melalui Centre of Excellence ini, diharapkan dapat dilakukan riset bersama vaksin dan sediaan bio-teknologi untuk dalam jangka panjang dapat mengembangkan bersama vaksin dengan teknologi yang mandiri dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang terjadi atau yang mungkin timbul di masa mendatang di negara-negara OKI," ujarmya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement