Selasa 08 May 2018 10:50 WIB

Dolar AS Terus Menguat di Atas Rp 14 Ribu

Potensi peningkatan inflasi AS menjadi pendorong penguatan dolar AS.

Red: Nur Aini
Konsumen menukarkan mata uang asing di jasa penukaran uang asing Valuta Artha Mas ITC Kuningan, Jakarta,Kamis (26/4). Nilai tukar rupiah rebound pada perdagangan Kamis (26/4), Rupiah di tutup menguat 0,22% ke posisi Rp 13.891 per dolar AS, setelah dibuka di level Rp 13.919 per dolar AS.
Foto: Prayogi/Republika
Konsumen menukarkan mata uang asing di jasa penukaran uang asing Valuta Artha Mas ITC Kuningan, Jakarta,Kamis (26/4). Nilai tukar rupiah rebound pada perdagangan Kamis (26/4), Rupiah di tutup menguat 0,22% ke posisi Rp 13.891 per dolar AS, setelah dibuka di level Rp 13.919 per dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak melemah sebesar 35 poin menjadi Rp 14.028 dibanding posisi sebelumnya Rp 13.993 per dolar AS.

"Adanya potensi peningkatan inflasi di Amerika Serikat masih menjadi salah satu faktor pemicu dolar AS menguat, karena peningkatan inflasi akan mendorong tingkat suku bunga The Fed naik," kata analis Binaartha Sekuritas Reza Priyabada di Jakarta, Selasa (8/5).

Menurut Reza, salah satu faktor yang mendorong inflasi Amerika Serikat meningkat yakni bertambahnya jumlah lapangan pekerjaan. Data lapangan kerja di Amerika Serikat bertambah menjadi 164 ribu, meski di bawah estimasi pasar tetapi masih mencatatkan pertumbuhan.

Kendati demikian, Reza mengharapkan, sentimen dari dalam negeri mengenai Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia yang mengindikasikan peningkatan serta data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2018 yang tumbuh 5,06 persen dibandingkan pencapaian periode sama tahun sebelumnya 5,01 persen dapat menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah.

"Kondisi dalam negeri yang relatif cukup kondusif dapat menarik minat pelaku pasar terhadap aset berdenominasi rupiah," katanya.

Sementara itu, ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan pergerakan dolar AS ditopang oleh kemungkinan bank sentral AS (The Fed) menaikan suku bunga acuannya pada Juni mendatang sehingga menahan laju rupiah.

Di sisi lain, kata Ahmad Mikail, pergerakan rupiah juga dibayangi oleh sentimen eksternal mengenai ketidakpastian apakah Amerika Serikat akan keluar dari kesepakatan nuklir dengan Iran atau tidak telah mendorong naiknya harga minyak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement