Senin 07 May 2018 14:15 WIB

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Masih Positif

Pertumbuhan investasi di angka 7,9 persen dinilai sebagai hasil yang bagus.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Keuangan Sri Mulyani
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A.
Menteri Keuangan Sri Mulyani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I (Q1) 2018 sebesar 5,06 persen masih positif.  Pertumbuhan itu salah satunya didorong oleh investasi.

 

Menurut Sri Mulyani, pertumbuhan investasi di angka 7,9 persen merupakan hasil yang bagus. Pertumbuhan itu menunjukkan seluruh upaya pemerintah untuk meningkatkan investasi mulai berdampak. Begitu juga dengan angka ekspor yang berada di atas enam persen, meski ia berharap pertumbuhan ekspor bisa lebih tinggi lagi. "Ini adalah sesuatu yang bagus," ujar dia saat ditemui di gedung Kemenkeu, Senin (7/5), menyikap hasil rilis Badan Pusat Statistik (BPS).

Sayangnya, kata ia, angka impor yang juga tinggi menjadi salah satu hal negatif. Pertumbuhan impor pada kuartal pertama tahun ini mencapai 12 persen, jauh lebih tinggi dari angka ekspor. "Ini yang menyebabkan negatif growth dari Q1 kita," ujar dia.

 

Baca juga,  Ekonomi Kuartal Pertama Tumbuh 5,06 Persen.

 

Ia berharap ekspor Indonesia bisa lebih tinggi lagi agar mampu mengimbangi kebutuhan impor. Meskipun impor yang dilakukan tidak seluruhnya adalah indikator yang buruk karena sebagian besar untuk bahan baku ekspor.

Ia melanjutkan, pertumbuhan konsumsi masih stabil di kisaran 5,95 persen. Angka ini diharapkan bisa lebih positif pada kuartal II dan kuartal III sebab adanya Idul Fitri, pembayaran tunjangan hari raya (THR), dan gaji ke-13.

Menurut dia, pembayaran THR dan gaji ke-13 yang berbarengan dengan perayaan hari besar biasanya akan memunculkan peningkatan konsumsi. Peningkatan konsumsi juga diharapkan bisa berlanjut pada kuartal, sejalan dengan adanya gelaran Asian Games 2018.

Bukan hanya konsumsi, Menkeu menekankan Indonesia untuk menjaga confidence dari investasi pada kuartal II dan III. Seperti diketahui, fokus pemerintah saat ini sesuai dengan yang digariskan Presiden adalah terus mendorong investasi dan ekspor. Dalam mewujudkannya, pemerintah bekerja sama dengan dunia usaha dalam peningkatan ekspor.

Saat ini, di tengah nilai tukar yang melemah, Menkeu melihat banyak dari komoditas ekspor Tanah Air yang tidak sensitif atau elastis terhadap nilai tukar tersebut.

"Ini berarti kapasitas atau competitiveness dari ekspor kita masih perlu dibuktikan. Itu yang merupakan PR (pekerjaan rumah) yang akan kita lakukan," kata dia.

Sementara itu, sisi sektoral yang mengalami peningkatan cukup baik adalah sektor transportasi, sektor konstruksi, dan sektor jasa, terutama untuk restoran dan hotel. Hal ini sejalan dengan tingginya konsumsi yang berhubungan dengan restoran dan hotel.

"Dari sisi manufaktur tentu saya berharap dari sisi produksi manufaktur bisa lebih tinggi dari yang sekarang dan ini harusnya konsisten dengan kegiatan investasi yang meningkat," ujar Menkeu.

 

BPS menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I (Q1) 2018 sebesar 5,06 persen. Angka ini masih jauh dari target 5,4 persen hingga akhir tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement