REPUBLIKA.CO.ID, SOLO --- Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Rosan Perkasa Roeslani meminta pengusaha tetap waspada pada pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, terutama yang menggunakan bahan dasar impor untuk produk hasil industri. Sebab ia memprediksi penekanan terhadap rupiah akan terus berlanjut.
"Kalau dunia usaha mengharapkan pergerakannya itu lebih stabil, kalau pergerakan (kurs) naik turunnya terlalu lebar bagi dunia usaha susah membuat perencanaan, intinya kita harus waspada. Kedepannya masih akan terjadi penekanan pada mata uang kita beberapa bulan kedepan," tutur Rosan disela-sela Rapat Pimpinan Wilayah Tengah Kadin di Alila Hotel Solo pada Senin (30/4).
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), laju kurs rupiah pada Senin (30/4) lebih membaik dibandingkan awal pekan lalu yang sempat nyaris Rp 14 ribu per dolar AS. Awal pekan ini rupiah berada di level Rp 13.877 per dolar AS.
Rosan meyakini pemerintah tengah berupaya agar penaikan dolar tak terus berlanjut, namun menurutnya rupiah akan sulit untuk kembali ke kondisi semual di level Rp 13.500 per dolar.
Di lain sisi, ia menjelaskan melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pekan lalu memberi dampak berbeda pada dunia usaha. Keadaan itu membuat pengusaha yang bergerak di sektor industri seperti obat-obatan serta makanan dan minuman justru menjerit.
Sebab jelas dia industri-industi tersebut mengandalkan bahan dasar impor untuk produk yang dihasilkannya. Di lain sisi, kondisi tersebut justru menjadi hal yang positif bagi sektor lainnya seperti pertambangan batu bara.
Batu bara ini 70 persen ekspor, mereka senang jadi tak bisa generalisasi kalau rupiah melemah pengusaha akan mederita semua, beberapa pengusaha justru senang.