REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani menanggapi rendahnya serapan Surat Utang Negara (SUN) untuk memenuhi sebagian pembiayaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Kami akan terus lihat saja. Kami akan waspada," kata Sri Mulyani ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (26/4).
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu akan mengomunikasikan bahwa kebutuhan pembiayaan tetap akan terjaga sehingga tidak menimbulkan spekulasi.
"Tentu kami tetap harus menimbang dari sisi kemungkinan kenaikan biaya dari bunga utang. Kami sudah akan perhatikan di dalam konteks belanja pada semester II ini," kata Sri Mulyani.
Sebelumnya, pemerintah hanya menyerap dana Rp 6,15 triliun dari lelang lima seri Surat Utang Negara (SUN) untuk memenuhi sebagian pembiayaan dalam APBN dengan total penawaran mencapai Rp17 triliun.
Keterangan pers Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan pada Selasa (24/4) menyebutkan lelang itu tidak memenuhi target indikatif yang ditetapkan Rp17 triliun.
Sementara itu, total penawaran yang masuk dari lelang sebesar Rp17 triliun tercatat merupakan yang terendah dari lelang SUN sejak Oktober 2016. Sebelumnya, pemerintah menyerap dana Rp21,8 triliun dari lelang lima seri SUN pada Selasa (10/4) dengan total penawaran mencapai Rp37,7 triliun
Rendahnya serapan utang terjadi di tengah kondisi rupiah dan IHSG yang berada dalam tekanan. Analis menganggap tekanan itu terjadi karena meningkatnya imbal hasil surat utang Amerika Serikat.