Kamis 26 Apr 2018 15:13 WIB

Sri Mulyani Minta Masyarakat Manfaatkan Pelemahan Rupiah

Pelemahan Rupiah bisa dimanfaatkan dengan memacu ekspor.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Nur Aini
Menteri Kuangan Sri Mulyani memberikan paparan terkait realisasi APBN Triwulan Pertama 2018 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (16/4). Realisasi defisit anggaran APBN pada triwulan pertama telah mencapai 0,58 persen terhadap PDB atau sekitar Rp 85,8 triliun. Angka tersebut paling rendah dalam periode sama selama tiga tahun terakhir.
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Menteri Kuangan Sri Mulyani memberikan paparan terkait realisasi APBN Triwulan Pertama 2018 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (16/4). Realisasi defisit anggaran APBN pada triwulan pertama telah mencapai 0,58 persen terhadap PDB atau sekitar Rp 85,8 triliun. Angka tersebut paling rendah dalam periode sama selama tiga tahun terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta masyarakat tetap tenang dan bisa mengambil manfaat dari pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Sri mengatakan, penguatan dolar AS tidak hanya menekan rupiah, tetapi juga mata uang di negara lain.

"Jadi, dalam hal ini masyarakat diharapkan tenang karena memang terjadi pergerakan (nilai tukar rupiah). Namun, kita juga perlu mengambil manfaat," kata Sri di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (26/4).

Sri mengatakan, penguatan dolar AS terasa di seluruh dunia. Beberapa mata uang negara maju dan di sekitar Indonesia, ujarnya, bahkan terdepresiasi lebih tinggi dari rupiah. Ia menyebut, mata uang rupee India terdepresiasi lebih dalam karena ingin mengambil manfaat dengan memacu ekspor.

Sri mengaku, pelemahan rupiah bisa berdampak positif pada kinerja ekspor Indonesia. Ia berharap, perubahan dari lingkungan global dan regional bisa direspons pelaku usaha secara positif.

"Ekspor kita harus bisa dipacu lebih bagus karena memang kesempatannya adalah hari ini. Mumpung global growth masih positif dan permintaan dari negara-negara yang memiliki pertumbuhan relatif tinggi sangat ada," ujar Sri.

Untuk mendukung hal itu, Sri meminta daya saing ekspor Indonesia perlu ditingkatkan, terutama dari sektor manufaktur. "Kalau berasal dari komoditas raw material barangkali memiliki elastisitas yang tidak terlalu tinggi," kata Sri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement