REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dapat menaikkan harga pangan jika tren terus berlanjut. Sebab, sebagian bahan baku di industri makanan dan minumanan masih dipenuhi oleh barang impor.
"Yang paling sederhana itu pabrik tahu dan tempe. Kedelai sebagian besar masih kita impor," ujar Wakil Ketua Umum gabungan pengusaha makanan dan minuman Indonesia (Gapmmi) Rachmat Hidayat, saat dihubungi Republika.co.id Rabu (25/4).
Selain pabrik tahu dan tempe, sektor industri makanan lain yang juga masih bergantung pada bahan baku impor yaitu pabrik mie instan. Bahan baku mie instan, yakni gandum, tak bisa ditanam di dalam negeri.
Baca juga, Perbankan: Waspadai Nilai Tukar Rupiah.
Rachmat melanjutkan, industri makanan dan minuman di Indonesia juga masih bergantung pada bahan baku berupa susu impor. Sebab, hanya sekitar 20 persen dari kebutuhan susu nasional yang dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri. "Konsentrat buah-buahan juga kita mayoritas impor," ujarnya.
Menurut Rachmat, untuk saat ini, industri belum terkena dampak langsung dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sebab, dalam membeli bahan baku impor, perusahaan biasanya melakukan kontrak untuk jangka waktu tertentu, mulai tiga bulan sampai enam bulan.
"Untuk jangka pendek masih aman. Tapi kalau pelemahannya terus berlanjut, baru ada dampaknya," ujarnya.