Ahad 22 Apr 2018 19:57 WIB

Laba Bersih BTPN Tumbuh 12 Persen di Kuartal I 2018

Kenaikan laba disumbang penurunan biaya operasional dari digitalisasi layanan.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nur Aini
 Bank Tabungan Pensiunan Negara (BTPN)
Foto: Antara
Bank Tabungan Pensiunan Negara (BTPN)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) membukukan laba bersih Rp 535 miliar pada kuartal I 2018. Jumlah laba tumbuh 12 persen dibandingkan kuartal I 2017 (yoy) yang sebesar Rp 478 miliar.

Direktur Utama BTPN Jerry Ng mengatakan, kemampuan perusahaan mencetak keuntungan salah satunya dikarenakan penurunan biaya operasional dari penerapan digitalisasi layanan. Transformasi dan inovasi digital yang dilakukan perseroan mampu menciptakan efisiensi.

Dia menjelaskan, biaya operasional pada kuartal I 2018 turun 12 persen menjadi Rp 1,2 triliun (yoy). Sedangkan, rasio biaya terhadap pendapatan (cost to income ratio/CIR) tercatat sebesar 54 persen atau lebih rendah daripada kuartal I 2017 yang mencapai 62 persen.

Jerry mengatakan, perseroan telah banyak mengeluarkan produk-produk baru berbasis digital. Sedangkan program transformasi digulirkan dengan mengubah konsep pelayanan nasabah dari bank-centric menjadi customer-centric. Perubahan tersebut tercermin pada penggunaan platform digital dalam existing business yang mencakup pengembangan alternative channels, integrasi cabang, automatisasi proses, transformasi infrastruktur IT, dan pelatihan karyawan.

Menurutnya, melalui transformasi digital ini, jaringan layanan nasabah bertambah luas dengan kualitas yang tetap terjaga, meski jumlah kantor cabang berkurang dan organisasi menjadi lebih ramping.  "Langkah stategis tersebut akan kami lanjutkan hingga akhir 2018," kata Jerry dalam keterangan tertulis, Ahad (22/4).

Meski begitu, kinerja penyaluran kredit BTPN tak mengalami pertumbuhan tinggi. Kredit yang disalurkan naik tipis Rp 65 triliun menjadi Rp 65,3 triliun. Pertumbuhan kredit antara lain ditopang penyaluran kredit ke segmen usaha kecil dan menengah mencapai Rp 12 triliun atau tumbuh 19 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya senilai Rp 10 triliun. Sementara itu, pembiayaan masyarakat prasejahtera produktif melalui BTPN Syariah tumbuh 22 persen menjadi Rp 6,2 triliun.

"Penyaluran kredit tersebut diimbangi dengan asas kehati-hatian yang tecermin dari tingkat rasio kredit bermasalah (NPL) sebesar satu persen," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement