REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati merespons positif kinerja perdagangan Indonesia pada kuartal pertama 2018. Ia menilai, kinerja ekspor akan menunjukkan hal positif seiring dengan penguatan ekonomi dunia.
Meski begitu, Sri juga tetap mewaspadai potensi guncangan dari perang dagang dan isu geopolitik. "Apa ini sustain? Semua prediksi lembaga ekonomi global menunjukkan pertumbuhan 3,9 persen bahkan ada yang 4,1 persen. Ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi dunia menguat. Diharapkan demand terhadap berbagai komoditas di Indonesia juga meningkat," ujar Sri di Jakarta, Senin (16/4).
Sri mengatakan, kinerja ekspor turut mendorong penerimaan bea keluar pada kuartal pertama 2018 yang sebesar Rp 1,43 triliun atau sebesar 47,7 persen dari target APBN 2018. Pertumbuhannya bahkan mencapai 70,38 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Ini menjadi angka pertumbuhan tertinggi dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Kinerja pertumbuhan tersebut terutama disebabkan oleh kontribusi bea keluar dari ekspor komoditas mineral dan batu bara yang secara total tumbuh 261,32 persen pada kuartal pertama 2018. "Ekspor kita juga sudah mengalami diversifikasi. Jadi prediksinya akan tetap kita jaga," ujar Sri.
Meski begitu, Sri tetap memantau dinamika perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina. Selain itu, faktor penyerangan AS terhadap Suriah juga akan dicermati terutama pengaruhnya pada harga minyak dunia.
"Untuk Indonesia komoditas akan dapat keuntungan dari sisi momentum harga dan permintaan meningkat. Tapi jangan lengah karena kemungkinan shock itu tidak pakai pendahuluan. Jadi harus tetap jaga terhadap kemungkinan itu,” ujar Sri.