REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak melonjak pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB). Harga mencapai tingkat tertinggi dalam lebih dari tiga tahun, menyusul ancaman Trump untuk melakukan tindakan militer di Suriah. Selain itu, harga minyak terdongkrak oleh pernyataan Saudi yang menyebut telah mencegat rudal Houthi di atas Riyadh.
"Sebuah laporan persediaan bearish dengan cepat dinetralisasi kata-kata rudal yang dicegat di atas Riyadh, yang hanya menambah lonjakan ketegangan geopolitik baru-baru ini," kata Anthony Headrick, analis pasar energi dan broker komoditas berjangka di CHS Hedging LLC.
Harga-harga juga mulai reli karena Trump mengancam akan menembakkan rudal ke Suriah. Washington dan sekutunya telah mempertimbangkan serangan udara, menyusul dugaan serangan gas beracun akhir pekan lalu.
Baca juga, Ancam Hujani Suriah dengan Rudal, Trump: Bersiaplah Rusia!
Patokan global, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni naik 1,02 dolar AS menjadi ditutup pada 72,06 dolar per barel setelah menyentuh tingkat tertinggi 73,09 dolar AS di London ICE Futures Exchange.
Sementara itu, patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, naik 1,31 dolar AS dan berada di level 66,82 dolar AS per barel, setelah diperdagangkan setinggi 67,45 dolar AS di New York Mercantile Exchange.
Beberapa maskapai besar merutekan ulang penerbangannya setelah badan pengawas lalu lintas udara Eropa mendesak agar pesawat-pesawat yang terbang di Mediterania timur untuk berhati-hati karena kemungkinan serangan udara pada Suriah.
Trump telah mengkritik Moskow karena mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad.
"Rusia berjanji akan menembak jatuh semua rudal ditembakkan ke Suriah. Bersiaplah, Rusia, karena Rudal akan datang, dengan kemampuan baik dan terbaru dan 'pintar'," tulis Trump di akun Twitter-nya.