REPUBLIKA.CO.ID,PURWOKERTO -- Usia tak mengendorkan semangat Narsem untuk berusaha. Setiap hari, nenek 70 tahun itu setia menjual serabi yang ia buat sendiri di lingkungan rumahnya.
Narsem adalah potret perempuan desa yang gigih mencari rezeki dengan tangan sendiri demi menghidupi keluarganya. Ia merupakan salah satu nasabah Bank Wakaf Mikro (BWM) Amanah Berkah Nusantara di Karangsuci, Kecamatan Purwokerto Utara, Purwokerto, Jawa Tengah. "Saya sudah jualan serabi selama 25 tahun," ujar dia saat ditemui Republika di Pondok Pesantren Al Hidayah, Karangsuci, Jumat (6/4).
Setiap pagi Narsem biasa menjajakan serabinya di Lapangan Banjar Kembar dekat rumahnya. Tak ada kios atau lapak untuk tempat ia berdagang. Ia cukup menggelar perkakas memasak serabi yang terdiri dari dua tungku kayu bakar untuk memasak serabi.
Tungku kecil itu berukuran sekitar 20 sentimeter. Salah satunya terlihat sudah pecah, kendati masih bisa digunakan. "Pecah waktu dibawa ke Istana Presiden bulan lalu," ujar Narsem bercerita.
Akhir bulan lalu, ia termasuk salah satu nasabah BWM yang bertemu Presiden Jokowi di Istana Presiden, Jakarta. Ia sempat memasak serabi di dapur istana, sedangkan seperangkat tungku bakarnya dijadikan pajangan.
Nenak Narsem mendapatkan pinjaman dari BWM sebesar Rp 1 juta untuk menambah modal usahanya. Selain berjualan di Lapangan Banjar Kembar, ia juga mempunyai warung kecil di rumahnya.
Serabi ia jual Rp 1.500 per biji. Setiap hari sebanyak dua kilogram bahan baku serabi ia olah. "Lumayan pinjaman bisa dipakai buat beli ini-itu," kata nenek yang telah ditinggal suaminya meninggal dunia sejak empat tahun lalu ini.
Setiap pekan, Narsem harus mengangsur pinjamannya sebesar Rp 25 ribu, plus kewajiban menabung Rp 10 ribu. Setiap hari, ia kini bisa mengantongi hasil penjualan serabi antara Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu. Penghasilannya pada hari Ahad atau hari libur bisa lebih besar lagi mencapai Rp 150 ribu.
Gus Noeris (kiri) (budi Raharjo)
Semangat dunia akhirat
Ketua Yayasan Pondok Pesantren Al Hidayah yang juga pengurus BWM Amanah Berkah Nusantara, Ahmad Arif Noeris, mengatakan BWM ini merupakan program yang sangat bermanfaat bagi pesantren dan masyarakat sekitar pesantren. Kalau biasanya pesantren meminta, tapi sekarang memberi. "Ada masyarakat yang sudah tidak berusaha, sejak ikut BWM dia bisa berusaha kembali," kata dia.
Untuk menggerakkan BWM, Gus Noeris menyandarkan aktivitas usahanya pada empat prinsip. Pertama, prinsip setelah shalat maka bertebaranlah di muka Bumi untuk mencari rezeki Allah. Di sini, nasabah diajarkan untuk mengutamakan shalat di tengah-tengah usahanya mencari rezeki. BWM tidak sekadar memberdayakan ekonomi.
Prinsip kedua, mencari rezeki Allah dengan disertai pendampingan. Ketiga, selalu mengingat Allah SWT meski sedang berdagang. Karena itulah di setiap pertemuan rutin mingguan nasabah, selalu diawali dengan pembacaan Asmaul Husna.
Dan prinsip terakhir, mendapat kebahagiaan atau sukses tidak hanya dunia tapi juga akhirat. "Empat prinsip ini yang kita pakai untuk mengembangkan BWM Amanah Berkah Nusantara," kata Gus Noeris.
BWM ini beroperasi sejak Oktober 2017. Saat ini BWM telah memiliki 245 nasabah dengan pembiayaan yang dikucurkan mencapai Rp 275 juta. Dalam enam bulan ke depan ditargekan jumlah nasabah bisa bertambah menjadi 350 nasabah. Program pembiayaan melalui BWM ini pun tak khusus untuk umat Islam saja.
Sesuai dengan aturan OJK, BWM dibentuk dengan modal dasal antara Rp 4 miliar hingga 8 miliar yang berasal dari donatur yang diberikan melalui Lembaga Amil Zakat. Karena itulah, BWM tidak mengumpulkan dana dari masyarakat. Setiap pembiayaan dikenakan biaya bagi hasil tiga persen. Dan setiap nasabah hanya diberikan pembiayaan maksimal satu juta rupiah.
BWM dibentuk dengan menggandeng pesantren agar dapat menjangkau masyarakat kurang mampu yang mempunyai semangat berusaha. Misinya ikut mengatasi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi.